9. Sejoli di Bawah Bintang

2.1K 330 55
                                    

Bismillahirrahmaanirrahiim. Allahumma shalli'ala Muhammad, Wa'alaalihi Muhammad. Assalamu'alaikum teman-teman. Gk kerasa udah chapter 9. Masih semangat baca gak sih?

_

_

_

Siang ini, matahari mulai meninggi. Memantulkan sinarnya ke laut, pasir, nyiur, mangrove, dan bebatuan. Membuat udara yang tadinya dingin, kini pelan-pelan memanas. Kemudian merambat, mengudara, dan menjelma sengat.

Di siang yang cukup terik ini, Xavier melihat beberapa sanak saudaranya berdatangan. Mereka memang diundang untuk menghadiri resepsi pernikahan besok pagi. Sebenarnya, baik Xavier maupun Bobo tak terlalu memikirkan masalah resepsi. Mereka tak memiliki pernikahan impian atau sejenisnya. Hanya saja, Pak Ahmad dan Pak Bagus tidaklah demikian. Mereka berpikir, paling tidak ada acara resepsi yang mengundang sanak saudara dekat sehingga kedua keluarga bisa saling mengenal.

"Onti," panggil Xavier tiba-tiba pada Onti Karin. Seketika itu juga perempuan ber-maxi dress putih tersebut menoleh.

"Hmm?" tanya Onti Karin dengan masih duduk sambil mengunyah makanan.

"Bobo ke mana?" Usai mendengar pertanyaan Xavier, Onti Karin mengerutkan kening. Perempuan itu sedikit bingung.

"Bukannya diving sama kamu?" tanya perempuan itu. Sementara itu, Xavier tampak menggeleng beberapa kali.

"Enggak. Tadi aku ada meeting, terus baru aja selesai." Lelaki berkaus putih itu duduk di kursi samping Onti Karin. Kemudian memakan beberapa camilan di sana.

"Masa meeting pakai sarung?" Perempuan ber-maxi dress putih itu melihat Xavier dengan aneh. Pasalnya lelaki itu kini memakai kemeja putih, sarung, dan sandal jepit itu terlihat meyakinkan.

"Hehehe, ya gak papa, Ti. Kan yang kelihatan cuman wajah sampai setengah badan kalau daring. Jadi habis sholat, gak aku lepas sarungku. Yang penting atas kelihatan formal, perkara bawah, gak ada masalah. Hehehe." Entah apa yang lucu, tetapi Onti Karin merasa ini sangat lucu. Dia merasa apa yang dilakukan Xavier juga pernah dia lakukan. Apalagi ketika meeting daring.

"Malah ketawa. Onti tahu Bobo ke mana gak?" Perempuan berambut ungu itu mengangguk beberapa kali. Kemudian menunjuk ke arah barat daya.

"Tadi Diandra ngajak istrimu diving. Seingat Onti ke arah sana kapalnya." Seketika itu juga ekspresi Xavier berubah. Wajahnya menegang dan urat-uratnya mulai terlihat. Lelaki bersarung hitam itu bangkit dari duduknya. Kemudian menghebungi seseorang.

"Siapin kapal sekarang!" ujar lelaki berkemeja putih itu. Tanpa melepas sarungnya, dia berjalan ke arah kapal kecil yang bertengger manis di tepi pantai.

"Kenapa sih, Xav?" tanya Onti Karin penasaran. Pasalnya kini lelaki itu tampak sangat khawatir. Benar-benar membuat Onti Karin ikut khawatir.

"Gak papa, Ti. Aku pergi dulu." Xavier melanjutkan langkah kakinya. Hingga tak lama setelah itu, seorang lelaki datang dengan cara berlari. Lelaki berkemeja hijau kuning motif flora itu segera menyalakan kapal diikuti Xavier yang menaikinya.

"Ke arah barat daya, Ben." Lelaki berkaca mata hitam itu menurut.

"Siap, Pak."

Kapal yang dikemudian Ben melaju ke arah barat daya secepat mungkin. Sementara itu, dengan saksama Xavier mencari kapal yang dinaiki istrinya. Lelaki itu tampak sangat khawatir. Bahkan sampai melepas sarung pun tak terpikirkan olehnya.

 Bahkan sampai melepas sarung pun tak terpikirkan olehnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Romance of Love and HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang