17. Si Manja Bobo

1.9K 262 71
                                    

Selamat pagi!!! Assalamu'alaikum. Kali ini gak mau banyak bicara, cuma mau bilang makasih buat kalian yang udah semangat banget buat baca plus vomment. Sehat selalu dan selamat membacaa.

_

_

Hari ini udara memang tak sepanas biasanya, tetapi tetap berhasil menguras keringat dan tenaga Bobo. Bagaimana tidak? Perempuan berparas cantik itu harus mengurus persiapan seminar proposal tesisnya. Lalu tiba-tiba ada beberapa masalah di toko yang harus dia sendiri menyelesaikannya. Meski harus wara-wiri, bolak-balik dari kampus ke toko, kemudian kembali lagi ke kampus, Bobo tidak masalah. Memang apa-apa yang diinginkan itu butuh pengorbanan. Toh sekarang dia sudah bisa menghembuskan nafas lega meski hanya sejenak.

Kini Bobo duduk di tangga masjid kampus sambil meluruskan kaki. Perempuan berkemeja putih dengan celana jins itu menghembuskan nafas panjang. Dia ingin pulang, tetapi kakinya terasa sangat berat untuk melangkah. Hingga tiba-tiba, terlihat panggilan masuk ke HP-nya. Tak ada nama yang tertera, hanya sebuah nomor tanpa foto profil.

"Halo, assalamu'alaikum."

"Halo, wa'alaikumussalam. Saya Pak Rahmad, wakasek kesiswaan tempat Diandra bersekolah. Tadi saya sudah berusaha menghubungi walinya, tapi tidak satu pun bisa dihubungi. Saya ingin memminta tolong pada Mbak Humaira untuk datang ke sekolah sekarang juga. Ada yang perlu saya bicarakan mengenai Diandra." Bobo menghembuskan nafas panjang. Perempuan itu menutup matanya sejenak.

"Baik, Pak. Terima kasih. Saya ke sana sekarang."

"Baik, assalamu'alaikum," ujar lelaki di seberang sana.

"Wa'alaikumussalam warahmatullaahi wabarakaatuh." Bobo menghembuskan nafas panjang. Perempuan berkemeja putih dengan kerudung abu-abu itu berdiri. Kemudian berjalan sambil menenteng tas ranselnya. Dia menuju motor vespa kuning di parkiran. Kemudian memakai helm putihnya. Perempuan itu menghembuskan nafas panjang. Kemudian melajukan motor kuningnya.

Di bawah teduhnya sinar sore, Bobo melewati jalanan Surakarta dengan hati-hati. Pasalnya, gerbang belakang kampus memang selalu ramai di saat seperti ini. Belum lagi, dia sudah merasa sangat lelah. Akan sangat berbahaya bagi dirinya dan pengendara lain jika Bobo kebut-kebutan.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih sepuluh menit, akhirnya perempuan berparas cantik itu sampai di sekolah. Dia menuju pos satpam untuk meminta izin masuk.

"Wali dari Mbak Diandra?" tanya lelaki berkumis di post satpam itu. Hanya dengan pertanyaan seperti itu saja, jantung Bobo kini berdetak lebih kencang. Dia mulai khawatir dengan Diandra.

"Iya, Pak."

"Parkir di sana saja. Kemudian nanti saya antar ke ruangannya Pak Rahmad."

Bobo mengangguk. Perempuan berkerudung abu-abu itu memarkir motornya di tempat parkir tak jauh dari post satpam. Kemudian berjalan mendekati lelaki bernametag Sobari itu.

"Mbak." Pak Sobari menunjuk kepala Bobo. Membuat perempuan itu sedikit bingung.

"Iya, Pak?"

"Helm." Bobo baru sadar kalau dia masih memakai helm. Ia merasa sedikit malu. Entah mengapa terlihat bodoh dan ceroboh adalah hal yang melekat di dalam diri, dan bahkan terjadi ketika bertemu orang yang tidak dikenal.

"Oh, iya." Perempuan berparas cantik itu meringis. Kemudian melepas helmnya. Dia meletakkan di kursi pos satpam. Kemudian mengikuti Pak Sobari. Bobo melihat murid-murid yang lain baru saja keluar dari kelas. Pertanda bahwa ini sudah waktunya pulang.

"Heh Mbak, sini ruangannya. Situ kantin. Mau ke kantin dulu?" tanya Pak Sobari ketika menyadari Bobo salah arah. Untuk kedua kalinya Bobo merasa malu. Entah mengapa tadi pandangannya fokus pada para siswa yang baru saja pulang. Lalu tidak sadar kebablasan sampai dengan kantin sekolah.

The Romance of Love and HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang