Assalamu'alaikum, semwaa. Selamat hari Sabtu, selamat menyongsong malam Minggu. Jangan lupa makan, jangan lupa istirahat, jangan lupa berjuang, jangan lupa bekerja keras. Kata Buya Hamka niih yaa.
Salah satu pengkerdilan terkejam dalam hidup adalah membiarkan pikiran yang cemerlang menjadi budak bagi tubuh yang malas, yang mendahulukan istirahat sebelum lelah.
_
_
Kalau kalian ngerasa gak suka atau kurang paham sama paragraf di bawah yang aku miringin, gak papa diskip. Selamat membaca.
_
_
Entah sudah ke sekian kalinya Bobo melakukan hobi langkanya berupa mecatat kembali apa yang dia baca setiap pagi. Anehnya lagi, hobi itu diperoleh dari perempuan super sibuk, galak, dan sangat dia benci. Beliau adalah ibu dari Buk Minah dan Onti Karina, perempuan berdarah Arab yang kini tinggal di Inggris, Nurul Sajidah.
Bobo tidak suka nenek Sajida, tetapi kenyataannya dia tetap mewarisi darahnya. Jadi, tidak heran sekeras apapun Bobo menolak hobi yang diwariskan neneknya, dia tetap tidak bisa menolak.
Termasuk pagi ini, perempuan yang masih menggunakan pajamas berwarna ungu dan ping pastel itu tengah mencatat apa yang dia baca sedari tadi. Catatan mengenai teori yang tak bisa didefiniskan secara pasti maknanya, teori yang menolak kemutlakan, sekaligus teori yang pencetusnya sendiri bingung bagaimana cara mendeskripsikannya dengan singkat. Kurang lebih, seperti ini catatan Bobo.
Can You Tell Me What a Deconstruction in a Nutshell?
Deconstruction is not a method or some tool that you apply to something to the outside.
Jacques Derrida, 1994.
Dari kalimat di atas, muncul pertanyaan, apa yang bisa didefinisikan dari sebuah kata saat pencetusnya saja menolak adanya definisi mutlak? Sepanjang apapun Derrida diberi waktu, dia tidak akan penah mampu membahas dekonstruksi secara mendetail. Sebanyak apapun penulis menelusuri buku-buku mengenai definisi dengan kata adalah atau is, maka sebagian besar akan diikuti kata bukan atau not. Karena memang, dekonstruksi sendiri tidak menerima adanya akhir dari segala sesuatu.
Pembahasan mengenai dekonstruksi kebanyakan bermula dengan kata adalah sambil berembel-embel bukan. Tentu ini juga dapat dimaknai secara hermeneutika, bahwa dekonstruksi bermula dari sikap skeptis terhadap suatu kebenaran atau bahkan bisa jadi penolakan. Dalam hal ini, penulis tidaklah membuat asumsi tanpa ada dasar nyata hingga terkesan menjadi omong kosong. Akan tetapi, paling tidak penulis sudah mengalami proses perjumpaan dengan pencetus dekonstruksi, Jacques Derrida. Meskipun memang bukan dengan tatap muka, melainkan dengan membaca hasil diskusinya. Bukan bermaksud ingin menjadi Freudian, tetapi memang penulis setuju dengan konsep psikoanalisis bahwa ketika seseorang membaca karya seseorang, maka dia telah menjumpa penulisnya.
Sekali lagi, dekontruksi menurut penulis tidak bisa memenui C1 ranah kognitif, menjelaskan. Oleh karenanya, pembahasan akan sama seperti kritik Foucalt, tak pernah mampu menjumpa ujung jalan meski dia sendiri yang membuka pangkal.
Kalau begitu, mari pelan-pelan kita membuka pangkal meski tahu tak pernah menjumpa ujung jalan. Hal pertama yang patut disoroti bahwa Derrida sendiri berkata, deconstruction is something which happen and which happen inside; there is a decontruction at work within Plato work, for instance. Kemudian dari sana, Derrida menemukan adanya kandungan bahasa Yunani dan budaya Yunani dalam karya Plato. Dua hal tersebut nantinya akan mendasari konsep demokrasi yang merupakan teori-teori dalam karya Plato. Maka, dari hubungan inilah, Derrida mengatakan bahwa segala sesuatu berasal dan terjadi dalam karya itu sendiri. Bukannya penulis bermaksud skeptis dengan teori kritik sastra Abrams, tetapi lebih kepada memahami pemahaman yang berbeda tidak pernah menjumpa salah. Sebab ilmu memang relatif, dan relatif benar hanyalah prasangka sesaat mengenai kredibel sekaligus rasional tidahnya teori dibangun.
![](https://img.wattpad.com/cover/244859534-288-k782090.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Romance of Love and Hate
EspiritualHumaira Fatiha (Bobo) telah mengerahkan segenap tenaga untuk meninggalkan Xavier Ghazali dua tahun lalu. Ia memulai hidup sebagai mahasiswi biasa program magister dan membuka bisnis di bidang kuliner. Akan tetapi, seolah langit tidak berpihak padan...