Alhamdu lillaahi rabbil 'alamiin. Akhirnya bisa up juga. Jangan lupa baca basmalah teman-teman. Kalau ada yang baik silakan diambil, kalau ada yang kurang baik tolong bijak dalam menyikapi. Terima kasih. Selamat membaca.
_
_
You
What are you doing?
Wife
Nothing. Just chillin.
You
Where are you now?
Wife
Do your own business! I mad at you.
Entah mengapa, hari ini Xavier merasa sangat resah. Pagi tadi istrinya pergi bekerja. Pamitan pun juga tak ada basa-basi. Ia tidak menjelaskan apa yang hendak dikerjakan. Tidak menjelaskan mana tempat yang hendak dituju. Karyawannya juga bilang, Bobo tidak datang toko. Ia juga tak ke rumah orang tua ataupun mertuanya. Tidak ada yang tahu Bobo ke mana dan apa dia kerjakan saat ini.
TOK TOK TOK
"Pak, sebentar lagi meeting akan dimulai." Seketika itu juga Xavier kaget. Lelaki itu benar-benar fokus pada Bobo. Lalu tiba-tiba Ben mengetuk pintu.
"Hmm," balas Xavier sambil mengangguk. Kemudian kembali melihat gawainya. Ia mengirim pesan pada Bobo.
You
C'mon Babe! Marriage isn't like a cup of milk. But that's kind of normal right? Lemme tell you the truth. I absolutely love you. Trust me.
Tak ada ceklis biru pada pesan terkahir Xavier. Bobo tak membuka WA-nya. Entah sedang apa perempuan itu. Yang jelas, kini Xavier tahu apa yang dirasakan istrinya. Memikirkan sesuatu yang kadang tak perlu dipikirkan benar-benar membuat orang hampir gila.
Lelaki berjas abu-abu itu menghembuskan nafas panjang. Kemudian kembali melihat Ben yang masih setia menunggu di ambang pintu.
"Ayo!"
Lelaki berparas tampan itu menuju ruang meeting. Tak ada yang istimewa. Ia duduk sambil memperhatikan apa yang orang-orang bicarakan. Hanya saja, Xavier memang memiliki peraturan sendiri dalam rapat. Xavier juga tak suka jika karyawanya bersikap pasif, apalagi hanya mengatakan hal tak bermutu. Lelaki itu hanya menghargai critical thinking and problem solving, inovation, something valuable and usable.
Akan tetapi, belum sempat memulai rapat, sudah ada panggilan masuk. Lelaki itu melihat dengan istrinya tengah memanggil. Dengan segera Xavier keluar. Kemudian megangkat teleponnya.
"Assalamu'alaikum." Sebuah salam terucap dengan mantap, tetapi tak berbalas. Entah ke mana perginya Bobo. Yang jelas, di seberang sana terdengar sangat berisik.
"Halo, Bo." Masih belum ada jawaban.
"Bobo.... Merhaba.... Nihao.... Bonjour...." Lelaki berjas abu-abu itu mengerutkan kening. Apa istrinya sedang mengerjainya.
Dengan segera Xavier itu mematikannya. Ia lihat sebuah pesan bertengger manis di sana.
Wife
HELP!!!!!
Lelaki berparas tampan itu kembali mengerutkan kening. Ia bingung harus percaya atau tidak dengan pesan yang baru saja didapat. Tak lama setelah itu, sebuah pesan kembali masuk. Sebuah lokasi tak jauh dari sana. Lebih tepatnya di seberang bangunan tempat ia berdiri. Itu hotel milik kakeknya. Tentunya sekarang menjadi miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Romance of Love and Hate
EspiritualHumaira Fatiha (Bobo) telah mengerahkan segenap tenaga untuk meninggalkan Xavier Ghazali dua tahun lalu. Ia memulai hidup sebagai mahasiswi biasa program magister dan membuka bisnis di bidang kuliner. Akan tetapi, seolah langit tidak berpihak padan...