37. Antara Bobo dan Bryan

1K 221 67
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Halo saudara. Bagaimana kabarnya? Sudah siap baca chap 37. Gak kerasa. Beberapa chap lagi cerita ini selesai.

*

*

Apa engkau pernah melihat seseorang sesak dadanya, tetapi tidak bisa berkata apa-apa? Apa engkau pernah memandang seseorang sangat marah, sedih, dan kecewa, tetapi air mata tak bisa menetes? Apakah engkau pernah merasakannya? Paham bagaimana mengatasinya? Kiranya, hari ini Bobo paham benar hal seperti itu. Perempuan itu baru mengetahui bahwa rasa tidak berdaya dan kebimbangan ibarat tercekik tali tak kasat mata. Semakin sesak, semakin ia tak bisa bernafas.

"HIIHHHHH!!!" Suara keluh memantul pada dinding-dinding dapur rumah dengan keras. Padahal hari ini masih terlalu pagi untuk merasa emosi. Akan tetapi, kebisingan yang tersebar di ribuan situs internet dan sosmed membuat kepala Bobo nyaris pecah. 

Bagaimana tidak? Tiba-tiba saja muncul berita kebangkrutan perusahaan, kebocoran data pengguna, dan penggelapan uang di perusahaan suaminya, Nusantara Zone Group. Sebenarnya ia tidak akan merasa seterguncang ini jika mengetahui duduk permasalahan. Tetapi sayangnya Xavier tidak mau membuka mulut mengenai apa yang terjadi. Lelaki itu terus bersikap baik-baik saja padahal langit nyaris runtuh. Entah suaminya telah memiliki rencana atau belum, yang jelas Bobo merasa sangat terguncang.

Sekali lagi ponsel berwarna space grey di tangan kiri itu ditengok. Muncul banyak notifikasi pesan. Mulai dari WA, Instagram, Line, sampai Telegram.

Aku dengar perusahaan Xavier bangkrut?

Bagaimana itu bisa terjadi?

Apa kamu baik-baik saja?

Apa Xavier baik-baik saja? Aku yakin kalian bisa melewati ini.

Kami dari Today News. Apakah boleh meminta konfirmasi mengenai kebangkrutan Nusantara Zone?

Apakah besok Kak Bobo ada waktu untuk wawancara? Saya dari....

And so on.

Ada hembusan nafas panjang dari mulut Bobo. Ia menepuk-nepuk dadanya yang sakit. Kemudian menggelengkan kepala yang terus berkecamuk. Sedari bangun, ia nyaris tidak bisa berkonsentrasi. Bahkan saat salat subuh pun lupa sudah rakaat berapa. Rasa yang terus bercampuk aduk membuatnya nyaris gila.

Jujur, hari ini perempuan berkaus moka itu sangat frustasi. Ia merasa dunia sedang menghardik tanpa mau memastikan kebenaran masalah. Memang ironi, hal-hal yang seharusnya dipastikan terlebih dahulu baru disebarluaskan, kini berlangsung sebaliknya. Penyebat juga tidak memiliki beban mental sama sekali. Mereka juga tidak memperhatkan perasaan sama sekali. Terkadang kebutuhan fisiologis manusia untuk mencari sesuap nasi telah mengalahkan nurani.

Suuzon.

"Astaghfirullahal'adziim ya Allah. Astaghfirullahal'adziim." Bobo mengelus kepalanya saat menyadari prasangka-prasangka buruk semakin mengusai pikiran.

"Gak bisa. Gak bisa. Gak bisa." Bobo tidak bisa terus menerus seperti ini. Ia butuh sebenar-benarnya penjelasan. Pikirannya tidak boleh terlalu lama terkontaminasi asumsi-asumsi publik yang tidak tahu duduk permasalahan, tetapi terus menghardik.

Perempuan berambut hitam panjang itu mencoba melepon suaminya. Mungkin saja lelaki itu sedang bermain HP sampai tidak mendengar suara Bobo. Akan tetapi, sekeras apapun dia mencoba, tidak ada tanggapan dari Xavier.

Dengan segera Bobo bangkit dari duduk. Dia mencari suaminya yang bersemedi entah di mana.

"Xavier! Xaav!"

The Romance of Love and HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang