Kini Jaeyon hanya bisa berdoa agar Jaehyun bisa memaafkannya. Saat ini keadaan mobil mencekam. Jaehyun yang tak kunjung membuka suara dengan tatapan tajam dan otot yang ada ditangannya sangat terlihat.
Ia takut kakaknya bisa bertindak lebih setelah ini. Setelah tahu Haruto mengetahui kelakuan Jaehyun padanya.
"Kak, maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk tidak menghubungimu. Tadi-
"Diamlah!" Sentakkan Jaehyun membuat Jaeyon kembali dilingkupi rasa takut. Kini ia meremas roknya untuk menghilangkan kekhawatiran yang melanda.
Tidak butuh waktu yang lama. Mereka tiba kembali dipekarangan apartemen Jaehyun. Tak banyak bicara mereka keluar dari mobil. Dengan mencengkeram erat pergelangan sang adik membuat pikiran Jaehyun jauh berkelana.
Ringisan yang keluar dari mulut Jaeyon dihiraukan begitu saja oleh pendengaran Jaehyun. Sampai didepan pintu kini Jaehyun benar-benar menarik dan membanting tubuh sang adik kearah dinding setelah kembali menutup pintu apartemennya.
"Shhh sakit." Itu benar-benar keras. Jaeyon baru kali ini mengetahui amarah sang kakak yang begitu besar terhadapnya.
"Apa yang kau bicarakan pada bocah sialan itu?!" Setengah berteriak, membuat Jaeyon hanya menundukan pandangannya bertambah takut. Tak kunjung menjawab kini Jaehyun menjambak rambutnya merasa sangat kesal.
"Kau tahu aku mencintaimu, tapi kau berani berduaan dengan lelaki lain. Dimana otakmu?" Pertanyaan itu sukses membuat Jaeyon mendongak dan menatap sedih kearah Jaehyun.
"Aku yang seharusnya bertanya dimana otakmu, kak? Kita saudara dan enggak seharusnya kakak mencintaiku selayaknya wanita. Kakak seharusnya sadar itu!" Tanpa sadar Jaeyon membentak dan kini ia menutup mulutnya dengan tangannya. Kenapa ia bisa selepas ini?
"Kau mulai berani ternyata." Balas Jaehyun lalu mengukung tubuh sang adik pada dinding.
"Ma-maafkan aku. A-mpphh." Ucapan Jaeyon terputus setelah mendapat sambaran bibir sang kakak. Sontak Jaeyon memukul dada sang kakak yang bahkan tidak berdampak sakit pada Jaehyun. Dorongan-dorongan kecil membuat Jaehyun bertambah bergairah.
Bahkan saking kesalnya, Jaehyun menggigit bibir bawah sang adik. Membuat Jaeyon mendesah sakit.
"Kak, stophh." Disela-sela ciuman itu Jaeyon setengah berbisik untuk menyuruh Jaehyun berhenti dari kegiatannya.
Namun pada dasarnya Jaehyun yang sudah menaruh harapan lama pada Jaeyon, ia kini memberhentikan kegiatannya dan beralih menatap lekat tubuh sang adik.
"Buka bajunya." Mendapat perintah yang sangat gila membuat Jaeyon menatap tidak percaya pada sang kakak.
"Kau yang buka atau kakak yang merobeknya lagi?" Mendapat ancaman itu, Jaeyon menjambak rambutnya frustasi. Tubuhnya tidak bisa ia tahan lagi, kini ia ambruk dan bersimpuh dihadapan Jaehyun.
"Tolong jangan seperti ini kak. Ini salah, aku akan melakukan apapun tapi tidak dengan melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan dalam hubungan persaudaraan." Mohonnya pada kaki Jaehyun.
Lelaki itu tersenyum licik mendengar ucapan Jaeyon. Kini ia berdalih duduk dan membantu sang adik kembali berdiri. Lalu menatapnya tajam.
"Kau tahu, melihatmu seperti ini kakak bertambah ingin segera memilikimu. Bercinta hangat dengan ac yang menyala. Mendesahkan namaku dengan nada sensual, ah rasanya menyegarkan. Aku tidak akan butuh jalang lagi setelah bisa memasukimu, sayang." Suara deep voice yang Jaehyun keluarkan membuat bulu keruduk Jaeyon merinding.
"Ini mungkin akan sakit diawal. Tapi, tugasmu hanya mendesahkan namaku dengan mulut jalangmu itu." Sembari berbicara tangan Jaehyun menjelajahi tubuh Jaeyon yang kini tepat berada diselangkangannya.
Tubuh Jaeyon gemetar. Ia tidak tahu harus menolak seperti apa lagi. Kini tangan itu membuka paksa rok yang ia pakai dan mengelus miss v diluar cd.
Membuat Jaeyon menggigit bibirnya agar desahan itu tidak keluar dan membuat Jaehyun senang.
"Kak please, akhh sakit!"
Tbc
Oke, waktunya dibaca pas malem-malem ya😅
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Jung
Teen Fiction[ DIBUDAYAKAN UNTUK UMUR 18 TAHUN KEATAS ] ⚠️Follow Me, jangan lupa Like, Komen, dan Share. "Jika kamu menolak, setidaknya ada janinku dirahimu." Keposesifan Jaehyun pada sang adik membuat gadisnya itu tidak nyaman. Karena obsesi dan ambisinya terl...