Gadis itu tengah kembali meneguk minumannya sembari tertawa renyah bersama teman-temannya dibar. Mendengar seseorang menyuruh mereka diam. Mereka ikut terdiam dan melirik kearahnya.
Sontak, Jaeyon kaget melihat sosok lelaki yang bersama salah satu temannya itu.
"Kak Jaehyun?"
Namun semua itu sirna ketika Jhonny memperkenalkan lelaki itu kepada kami. Itu bukan Jaehyun, tapi Jang Ki Yong.
Setelah kedua lelaki itu duduk disofa. Kini giliran Jaeyon yang merasa tidak nyaman karena selalu ditatap oleh mata elang milik lelaki yang bernama Jang Ki Yong tersebut.
"Sorry, aku mau ketoilet dulu." Izinnya pamit, lalu menaruh gelasnya dan segera berjalan kearah toilet wanita berada. Walaupun toilet lelaki dan wanita disana memang satu arah dan saling berhadapan.
Terlihat sangat, keraguan dan ketakutan Jaeyon akan kehadiran lelaki itu membuat sekujur tubuhnya gemetar. Ia harus menghubungi Haruto segera mungkin. Karena sejak Haruto pergi ia merasa gelisah.
Setibanya ditoilet. Ia segera mengambil bilik kamar mandi paling pojok. Lalu menekan nama seseorang dikontak ponselnya.
Nada tersambung namun Haruto belum saja mengangkatnya. Tangan dan wajahnya benar-benar terlihat sedang ketakutan. Ia tidak ingin kejadian dulu terulang lagi pikirnya.
Tak kunjung diangkat. Ia berteriak kesal dan melempar ponselnya kearah pintu bilik. Untung saja ponselnya tidak langsung rusak karena memang sudah didesain khusus untuk tahan banting.
*Sorry gaes, maksudnya Bar disini itu semacam Club. Jadi ramai dengan cowok-cewek yang dateng.
Namun, karena keadaan toilet Bar yang sangat sepi. Sebuah suara membuatnya terdiam.
"Apa kabarmu?"
Lima menit yang lalu, setelah kepergian Jaeyon untuk ke toilet. Jaehyun pun ikut izin. Dan tentunya untuk membuntuti Jaeyon.
Setelah tiba ditoilet. Karena memang dasarnya wajah Jaehyun tampan. Banyak perempuan yang meliriknya kagum begitupun dengan lelaki yang memang penyuka sesama jenis disana.
Toilet yang semula ramai. Kini satu-persatu menghilang karena Jaehyun menyuruhnya untuk meninggalkan Toilet.
Tentu saja kesempatan itu ia gunakan untuk berbicara dengan gadis nakalnya itu.
Segera setelah keadaan toilet wanita sepi. Ia memasuki toilet itu dengan damai. Bahkan setelah masuk, ada beberapa gerombol wanit kaget dengan datangnya lelaki tampan ketoilet wanita.
Jaehyun mengintruksi para jalang itu untuk keluar. Tentu karena wajahnya tampan, para gadis itu keluar kembali tidak jadi masuk ketoilet.
Lalu setelah itu mendengar teriakan dari bilik kamar mandi paling pojok. Tentu saja itu Jaeyon, ia sangat hapal dengan suara gadis itu.
"Apa kabarmu?"
Sontak semula Jaeyon berteriak kini menjadi tegang setelah mendengar suara berat Jaehyun. Ia dengan diam-diam kembali mengambil ponselnya yang sempat ia lempar.
"Lama tidak jumpa, bagaimana kabarmu?"
Ia kembali bertanya dan kini ia benar-benar ada didepan pintu tersebut. Tak butuh lama ia mengetuk pintu yang semula lembut kini menjadi kasar karena tak kunjung ada jawaban.
Benar, sejak tadi ia menelpon seseorang. Siapa lagi kalau bukan Haruto, namun laki-laki itu sama sekali tidak menjawabnya. Sesaat setelah nada terputus, ia ingin menelpon Sehun. Tetapi, suara Jaehyun dan ketukan pintu yang brutal membuat kecemasan dan akhirnya ia tidak sengaja menjatuhkan ponselnya.
Saat itulah, Jaehyun berhenti. Dan sedikit duduk untuk melihat apa yang terjadi didalam kamar mandi dari cela bilik bawah.
Sesaat setelah tahu kalau gadisnya itu tengah menghubungi seseorang. Tangannya langsung masuk dan mengambil ponsel Jaeyon yang sempat terjatuh.
Jaeyon pun ikut mengambil namun kalah cepat dengan tangan Jaehyun. Lalu Jaehyun sedikit mengintip siapa yang tengah dihubungi adiknya itu. Ternyata itu Oh Sehun.
Memang berhasil dihubungi. Tapi, Jaehyun juga sedikit mendengarkan suara seseorang dari seberang hanya untuk memastikan. Memang benar, itu suara Sehun yang dikenalnya selama ini.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Jung
Ficção Adolescente[ DIBUDAYAKAN UNTUK UMUR 18 TAHUN KEATAS ] ⚠️Follow Me, jangan lupa Like, Komen, dan Share. "Jika kamu menolak, setidaknya ada janinku dirahimu." Keposesifan Jaehyun pada sang adik membuat gadisnya itu tidak nyaman. Karena obsesi dan ambisinya terl...