II

2.2K 51 2
                                    

Showroom pagi itu agak sepi. Mungkin karena masih pagi.
Aku hanya berdiri disamping mobil yang teronggok sambil baca baca brosurnya. Aku hanya berfikir, bagaimana selanjutnya bila tak ada mobil yang bisa terjual. Makanku darimana, hidup aku selanjutnya bagaimana.
Sedangkan hidup butuh makan.
Kuhela nafasku seakan putus asa.

"Andri, bengong aja kau" Stefan menghapiriku.

"Ah mas yang bikin kaget. Kalau pingsan gimana" kataku sedikit cemberut bercanda

"Hahaha...emang segitu gampang pingsan? Bisa aja lu Ndri"

"Lah namanya jantung bisa aja"kataku sekenanya.
Emang belakangan ini kami semakin akrab. Stefan tak sungkan sungkan merogoh koceknya buat kami makan siang. Yang penting bagi dia ngobrol. Semua kami obrolkan.

"Pandangan kau kayanya jauhhhhh banget dah, Ndri. Tatapan kosong. Memghela nafas
Have you a problem buddy"

"Much. But i can't tell it to everyone."

"I'm ready for hearing if you wanna tell"

"I know. One time, i will. But now, i'm ready to service my buyer" aku tinggalkan dia menyambut kedatangan koh Along dan istrinya.
Stefan ikut menyambut tamuku dengan senyum khas penjual.

"Pagi koh, cici. Silahkan, silahkan" sambutku dengan bahagia. Bila jadi beli mobil berarti penjualan perdana ku.
Yang otomatis dapat komisi.

"Pagi Andri. Ini, kami mau liat liat yang kamu tawarkan beberapa hari lalu. Maunya sih tukar tambah, tapi cicimu bilang yang baru saja"

"Dengan senang hati koh, ci. Silahkan, boleh liat liat, tanya tanya"kataku bersemangat.

Aku dan Stefan mengikuti koh Along dan istrinya sesekali menjawab pertanyaannya.
Aku berdoa dalam hatiku, agar jadi dibeli. Doa seorang penjual.
Dan...OMG, koh Along dan istrinya membeli mobil baru sesuai dengan brosur yang aku tinggalkan dirumahnya.
Aku mengantarkan ke bagian administrasi mengurus cara pembayaran yang mereka mau.

"Andri, udah beres ya. Kami pulang dulu" koh Along

"Terimakasih banyak koh. Kalau saudara kokoh sama cici mau beli mobil ke sini aja koh. Bilangin sama saudara saudara kokoh ya, please" harapku terlalu banyak.

"Andri, kau orang baik. Tuhan akan memberkati kau, Andri" ci Mei Hwang mendoakanku.

"Amin. Andri juga mendoakan keluarga kokoh. Sekali lagi terimakasih" kataku agak terharu.

"Ok Andri, kami pulang dulu. Semangat ya"

"Baik koh, ci. Hati hati di jalan" Aku dan Stefan megantar tamu kami sampai parkiran.
Saking bahagianya, sampai di dalam, aku merangkul Stefan tanpa sadar. Semua mata melihat tingkah kami.

"Sorry...sorry...gak sadar..bahagia soalnya" kataku melepas pelukanku.

"Gak apa apa Andri. Akhirnya kamu dapat juga" balik Stefan yang memelukku.

"Mas, stop it. Semua liatin kita loh" kataku berusaha melepaskan pelukannya.

"Iya ya...sorry juga Andri" katanya tersipu.

"Mas Andri sini sebentar" panggil bagian keuangan.

"Sana Ndri. Tandatangan dokumen penjualanmu" suruh Stefan.

"Iya bu. Ada apa?" tanyaku sampai diruangan keuangan.

"Tanda tangan dulu Andri. Hasil mas Andri"

"Makasih bu" kataku setelah selesai urusanku dan keluar menjumapi Stefan.

"I'm so happy this time Stef. Maybe this is the beginning of my luck as a salesman"

"I proud of you, buddy"

ANDRI DAN KISAHNYA ( GAYLOVE ) Lanjutan Cinta Tua Cinta Masa Sekolah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang