VII

1K 40 3
                                    

Sudah 4 hari aku stay di rumah. Tidak bekerja. Tapi tetap kuliah, karena aku paksakan. Aku tidak mau ketinggalan mata kuliahku. Tujuan utamaku adalah itu.
Saat duduk di tempt tidurku, Stef menelpon.

"Andri, selamat lagi ya. Barusan teman Om mu itu barusan datang. Kredit mobil baru Andri. Sudah aku bilang atas namamu."

"Makasih Stef..makasih"
Aku tidak tau bahagia apa tidak. Karena akan ada yang aku korbankan untuk itu.

"Nanti sore aku ke rumah ya."

"Jangan dulu sayang. Om Ilham mau datang. Sebelum kau telpon dia sudah telpon duluan."

"Andri, apa kau...." tidak dilanjutkan.

"Apa Stef, teruskan. Jangan sepotong gitu kalau nanya"

"Apa kau suka sama Om mu itu"

"Iya Stef aku suka. Suka sebatas penjual dan pelanggan. Kau cemburu?"

"Iya aku cemburu"

"Stef, kalau aku suka sama dia, apa mungkin aku mengatakn suka dan cinta sama kau? Kata suka itu bisa saja aku katakan ke Om Ilham lewat telepon atau kemaren waktu aku jatuh. Tapi tidak Stef. Aku memilih kau."

"Mungkin waktu nya tidak tepat kita saling mencintai Andri. Cintaku tumbuh disaat kita bersahabat."

"Aku tidak perduli, kau mau menarik ucapanmu Mencintaiku Stef. Silahkan pikir ulang, apa Cintamu ke aku atau Ray. Saya tau itu. Tapi, aku sangat mencintaimu. Itu yang pasti"

"Andriii........." Stef menangis aku dengar dalam telpon.
Aku tidak bertanya atau berkata kata lagi. Kututup telponnya.

****

Aku meloncat loncat dengan satu kakiku membuka pintu ketika Om Ilham datang.

"Pagi Om. Om sampe repot repot gitu bawain tongkat untuk aku. Makasih Om" kataku menyalami tangannya.

"Andri, Om lakukan ini karena aku tak mau lihat kau menderita begitu. Gimana ada perkembangannya"

"Sudah lumayan Om. Kita kekamarku ya Om. Aku istirahatnya di dalam" kataku memakai tongkat pemberiannya.
Sampai di kamar, aku langsung membuka kaos ku dihadapan Om Ilham.

"Silahkan Om. Om yang buka celanaku" kutarik tangannya ke dadaku. Aku dituntun ketempat tidur dan merebahkanku telentang.

"Andri, Om suka semua ini. Kau telah membuat hari hari Om berwarana"

"Silahkan Om" aku sudah pasrah demi cita citaku. Om Ilham yang menjadi marketingku sekarang dengan imbalan nafsu bukan komisi atau gaji.
Dengan nafas meburu dia melumat bibirku dan semua tubuhku.
Dia membuka semua pakaiannya hingga polos.

"Satu permintaan saya Om, jangan pernah menusuk aku"

"Tidak Andri sayang. Tubuhmu, yang aku mau."

"Lakukanlah Om" kataku menarik tangannya agar mencium aku.
Bunyi tempat tidur yang jadi saksi antara aku dan Om Ilham
menghantar kami ke langit ke tujuh....ketika Om Ilham dengan nafas memburu mencapai klimaksnya.
Setelah selesai, dia memakaikan kaos dan celana pendekku.

"Terima kasih Om"

"Om yang berterimakasih Andri. Kau pria sempurna yang pernah kukenal" Om Ilham menciumku dan berjalan melihat lihat sekeliling kontrankanku.

"Andri, kau kerasan tinggal disini. Tidak ada kontrakan lain yang lebih memadai"

"Ini murah Om, masih Original, bawaan pertama dibangun. Aku cuma sanggup membayar murah."

"Kau mau jadi pacar Om, Andri" bisiknya setelah liat liat rumah kontrakanku.

"Kenpa Om tidak bertanya, apakah aku sudah punya pacar apa belom"

ANDRI DAN KISAHNYA ( GAYLOVE ) Lanjutan Cinta Tua Cinta Masa Sekolah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang