XXI

676 36 3
                                    

Sambungan

"Andri terus terang, walaupun tadi Om bilang tidak main, tapi Om ingin sekali memelukmu menciummu seperti dulu. Mau gak kita ke hotel, atau ke apartemen Om. Om ingin sekali. Please Andri"

"Andri kan sudah bilang mau bayar berapa"

"Andri sayang, Om bisa bayar kamu berapapun kau minta. Bila perlu kau duduk sebagai komisaris di perusahaan Om. Tapi kau milikku. Tinggalkan pengusaha hotel abal abalmu itu. Kalau itu yang kau mau"

"Om tersinggung ya. Maaf Om. Andri cuma menggoda om saja. Aku tidak butuh bayaran. Dari dulu kalau Andri mau, sudah kukuras harta Om. Ok om aku mau ke apartemen"

"Beneran sayang."

"Husss...banyak orang. Malu. Kaya anak SMA aja mau main peluk" kataku ketika dia ingin memeluk aku.

"Bahagia sayang"

Aku tak memikirkan Leon lagi. Otakku sudah miring. Aku juga ingin memuaskan nafsuku.
Maafkan aku Leonku. Sekali ini saja ya.
Tapi gak ahh...aku tidak mau orgasme. Biar Om Ilham saja.
Aku mengkhianati Leonku, tapi bukan karena nafsu. Hanya menuruti Om Ilham saja.
Ketika kami keluar dari Coffe shop, pria nya Om Ilham sudah ada di samping coffee shop.

"Om Ilham, aku gak mau Om permainkan begini. Aku suka sama Om. Aku gak mau ditinggalkan begitu saja. Aku mau yang Om janjikan"

"Wah wah..disuruh pergi malah ngejogrok disini. Mata duitan bener ya kamu"

"Om yang janji. Aku hanya menuntut janji Om." katanya dengan air mata.
Pengunjung pada ngeliat ke kami.
Kutarik tangannya, agar keluar.
Kucekal dengan tenagaku.
Dia meringis.

"Kalau kau ingin mempermalukan orang jangan kaya banci kau. Bisa kau bisikkan ke Om Ilham. Punya attitude sedikit kau jahanam" kataku geram.

"Maaf Om, aku sudah gak minat. Selesaikan masalah kalian. Aku pulang." kulihat pria banci itu, rasanya ingin kutelan dia.

"Andri, Andri...tunggu"
Tak kuhiraukan lagi, angkot yang kunaiki jurusan mana. Yang pasti aku ingin menghindar.
Aku gak tau lagi Om Ilham berbuat apa sama itu orang.

"Bang ini angkot jurusan mana ya, bang" tanyaku sudah agak jauh dari Mall.
Supirnya menyebutkan nama tempat yang asing bagiku.

"Bang, pinggir bang. Salah naik."
Kubayar ongkos ku walau baru beberapa meter.
Kucegat taxi, agar lebih cepat sampe, walau tidak jauh.

Setiba di rumah, aku bersyukur tidak jadi pergi dengan Om Ilham. Janjiku untuk menjaga diriku, seakan diingatkan oleh kejadian barusan yang ku alamai. Untungnya Om Ilham tidak minta nomor hp ku.
Segera aku membersihkan diriku, mandi buang sial dari orang orang macam mereka.

Dalam pikiranku duduk duduk disofa setelah mandi ( masih dalam keadaan telanjang) aku harus beli motor buat jalanku. Dengan gaji yang ku kumpulkan cukup untuk beli motor. Toh selama ini gak pernah beli apa apa selain makan. Irit ya gaesss.

*****

Terang bulan purnama malam ini begitu indahnya. Aku duduk di teras rumah kontrakan ku memandang ke langit.
Aku berbicara sendiri.

"Bulan, tolong sampaikan salam rinduku untuk kekasih ku Leon. Bilang padanya Aku rindu. Rindu sekali." senyumku ke bulan seakan disambut kekasihku Leon.
Bulannya tersenyum padaku.

Dan hp ku bunyi, Leon

"Sayang, aku rindu" aku menangis mengucapkan kata kataku. "Aku rindu kau Leon." isakku tak tertahankan. "Sampai abang berbicara ke bulan agar salamku disampaikan ke kamu sayang"

"Bang Andri sayang, Leon juga merasakan hal yang sama. Leon mau memberitahu, Leon tidak ke papi dan mami libur nanti, Leon stay di sini sayang. Tapi istriku yang pulang.
Jadi Cintaku bisa terbang. Kirim no rekening abang. Kapan bang Andri datang, Leon jemput ke Bandara."

ANDRI DAN KISAHNYA ( GAYLOVE ) Lanjutan Cinta Tua Cinta Masa Sekolah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang