XIV

710 40 3
                                    

Ada untungnya juga hp tidak kuaktifkan. Tidak ada yang menggangguku. Tapi lebih parah dari yang kuharapakn.
Dua sedan terparkir berjejer di parkiran kampusku Om Ilham dan Stefan kulihat berdiri didepan mobil masig masig.
Aku tidak menemui mereka, aku ambil jalan lain dan berlindung disebelah teman kuliahku waktu berjalan keluar.

Langsung kunaiki beca tanpa menawar lagi.
Sampai rumah, kumatikan semua lampu kecuali lampu kamarku.
Dikamar, berdiam diri layaknya semedi.
Aku gak mau bertemu sama mereka.

Aku tertidur. Pagi pagi aku terbangun masih pkl 4 subuh.

"Anjirrr...masih pagi betul" gerutuku.
Kuawali dengan doa, sebelum kubuatkan kopiku dan memulai aktivitasku.

Baru saja mau melangkah ke kamar mandi, ada yang ketok ketok. Kubiarkan. Kuteruskan mandiku.

Kupakai seragam kerjaku, dan kusiapakan buku kuliahku.

"Lebih baik berangkat pagi, sarapan di dekat gudang saja" kataku dalam hati.

Ketika aku keluar dari rumah, Stefan sudah keluar dari mobilnya, ternyata dia menungguku di dalam mobil.

"Andrii....Andriii....tunggu" sapanya

"Ehh Stefan. Aku mau kerja nih. Ada apa?" sahutku

"Tadi aku ketok ketok gak ada sahutan"

"Aku lagi mandi mungkin. Aku tak dengar. Ada apa Stef"

"Kita bicara sebentar bisa gak"

"Maaf Stef. Aku bisa terlambat. Lain kali saja ya" kataku sambil jalan.

"Andri, kamu kenapa?"

"Aku gak apa apa. Aku kerja kontrak Stef. Takut ditegur"

"Aku antar sekalian, Dri. Pasti tidak terlambat"

"Maaf Stef, aku gak mau bikin orang lain susah. Ok ya, aku jalan dulu." kutinggalkan dia tanpa menoleh lagi.

*****

Kali ini aku tidak bisa mengelak lagi. Om Ilham menungguku keluar kampus persis di pintu keluar.
Aku pura pura kaget melihatnya.

"Ehh...Om Ilham. Ada yang ditunggu Om."

"Iya Andri, menunggu kamu."

"Kenapa nunggu aku Om. Bukan kah sudah aku bilang jangan datang datang ke aku. Ada masalah apa Om"

"Kau angkuh sekali Andri. Sombong sekalai kau"

"Maaf ya Om yang baik hati dan lagi tidak sombong, hak apa Om berkata begitu? Hidup aku bahagia tanpa mengenal manusia manusia macam kalian.
Tak ada sedikit pun, dihidupku rasa sombong dan angkuh. Aku hanya tidak mau bertemu sama orang orang munafik kaya Om. Kepuasan itu yang Om cari kan?
Aku tidak bisa memberikannya. Itu saja. Maaf kalau bikin Om naik darah"

"Andri, tunggu" Om Ilham menarik tanganku ke parkiran.
Dia membuka mobilnya dan menyuruh aku masuk.
Kuturuti apa maunya.

"Andri, mungkin kau tau aku sangat menginginkanmu, makanya kau permainkan persaaanku"

"Mempermainkan?. Aku tak ada terlintas sedikitpun mempermainakn siapa siapa. Tapi aku yang dipermainkan orang. Mempermainkan perasaanku. Aku hanya menghindar dari Om"

"Kenapa harus menghindar? Salah Om apa"

"Om itu tidak salah. Aku hanya ingin menata hidupku seperti dulu pertama aku datang ke rantau ini. Itu saja."

"Tapi hidup itu berkembang Andri. Banyak warna"

"Justru aku ingin berkembang sesuai dengan keinginan aku, tanpa memasukkan hidup orang lain. Soal warna, Om memang telah membuat warna hidupku. Tapi aku ingin mengembalikannya polos seperti dulu."

ANDRI DAN KISAHNYA ( GAYLOVE ) Lanjutan Cinta Tua Cinta Masa Sekolah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang