XIII

701 40 1
                                    

Libur semester di tahun ke tigaku kuliah, aku pulang kekampungku. Aku pulang untuk menunjukkan bahwa aku sehat sehat saja. Dan memberi tahu mungkin aku akan segera jadi sarjana. Mamak, abang dan adikku begitu bahagia mendengar itu. Abangku, Andra sampai menangis memelukku.
Mamakku mempertanyakan biaya kuliahku dari mana.
Kuberitahu bahwa aku bekerja untuk mencapai cita cita Ayahku.

"Mak, bang Andra, kalian harus datang nanti menyaksikan wisudaku"

"Ya anakku sayang. Mamak dan abangmu akan datang"

"Makanya Mak, harus sehat terus. Tak usah pikirkan aku dirantau. Andri bisa jaga diri"

"Ya sayang. Mamak percaya sama kamu"

"Bang Andra, Adek kita harus sekolah bang. Nanti kalau pekerjaanku setelah sarjana bagus. Roy akan aku bawa. Biar dia kuliah di sana"

"Roy adekmu Mamak serahkan ke kamu Anakku. Yang penting sarjanamu dulu kau selesaiakan"

"Itu pasti Mak. Andri akan berjuang untuk itu. Oh ya Mak, ini sedikit uang hasil kerja Andri. Buat beli baju Mamak. " kataku memeluk Mamakku.

"Andri anakku, kau tak minta uang kuliah pun, Mamak udah bahagia"

"Simpan aja mak. Andri mau ke Ayah. Andri rindu sekali"

"Mamak temani kau anakku"

"Adekku sayang Roy, kita ke makam Ayah. Temani abang"  Roy adekku mempersiapkan yang akan kami bawa.
Aku menyapa tetanggaku waktu mau keladang dimana kubur Ayahku berada.
Seketika kami berhenti, karena tetanggaku menyalami aku. Dari satu orang hingga puluhan orang.

"Andri, kau makin dewasa sekian lama tak kami lihat. Dimana sekarang, Andri" tanya mereka.
Kusebutkan kota tinggalku dan sedang kuliah
Mereka mendoakan aku, agar tercapai cita citaku.
Aku permisi karena tujuanku mau ziarah ke makam Ayahku.

Tangis pilu dan jeritan jeritanku memanggil ayahku, membuat yang lewat ikut bersedih dan menangis mengenang Ayahku.

"Andri datang Ayah, Andri berharap Ayah melihatku dari tempatmu berada sekarang. Ayah harus tau, Andri ingin mewujudkan cita cita kita Ayah."
Besok Andri pulang, Andri berharap Ayang tenang disana"
Kami tinggalkan makan Ayahku dengan hati sedih namun bahagia.

Dengan doa tulus, harapan yang aku akan capai, tentu dengan kerja keras.

*****

Tiba diperantauan, kukabari Om Ilham. Dengan harapan dia merespon, apakah aku dijemput pertanda dia sayang sama aku atau tidak.
Ternyata tidak. Dengan alasan stay dirumah, dia tidak bisa datang.

"Terimakasih, Om. Tidak apa apa, kalau memang tidak bisa jemput" kataku agak sedikit sedih. Tidak biasanya dia begitu.

Dengan menumpang kendaraan umum dari terminal aku turun, harus berganti 2 kali kendaraan.
Kusemangati diriku, dengan tidak merepotkan orang lain.
Hari sabtu yang melelahkan bagiku. Perjalanan panjang dari kampungku, begitu memakan waktu hingga tiba sore itu.

Pikiranku hanya Keluargaku, tak kupikirkan sahabat sahabatku.
Yang penting aku sampai di kontrakanku.
Lepas maghrib, aku tiba. Senangnya hatiku. Segera kubersihkan badanku dan istirahat tidur. Tak ada yang menggangguku aku, karena HP ku kumatikan.

Bablas hingga menjelang tengah malam, aku terbangun karena lapar.
Nasi goreng yang kubeli tengah malam itu sebagai penawar laparku.
Sambil makan, terbayang wajah wajah yang pernah hadir dalam hidupku. Tapi tak satu pun mereka menanyakan kabarku selama dikampung. Bisa kuambil kesimpulan, bahwa aku diperlukan saat mereka ingin melampiaskan nafsunya ke aku.
Sedih rasanya......
Maka kubulatkan tekadku untuk tidak mengganggu mereka.
Kesendiran itu menyedihkan, tapi semangatku, bisa menepiskan semuanya.
Semagat Andriiiiii.....semangat....

ANDRI DAN KISAHNYA ( GAYLOVE ) Lanjutan Cinta Tua Cinta Masa Sekolah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang