#08 - Awal yang Baru

2.6K 551 465
                                    

Roda mobil Sabda berhenti di tempat parkir Tempat Teduh yang masih sepi karena jarum jam baru saja bergerak menuju angka 8. Tampaknya, Cakra pun belum datang karena Sabda tidak melihat mobil pemuda itu di parkiran.

Lantas, Sabda memindahkan atensinya pada Jasmine yang masih duduk di kursi penumpang di sebelahnya dengan sabuk pengaman yang bahkan belum dilepaskan. Gadis itu hanya menatap lurus ke depan sambil memainkan jemarinya.

Ketika Sabda mencondongkan tubuhnya untuk melepaskan sabuk pengaman Jasmine, barulah gadis itu tersentak keluar dari lamunannya. Jasmine menoleh, menyisakan beberapa jengkal saja di antara wajah mereka karena Sabda yang tidak langsung menarik tubuhnya kembali ke posisi semula.

"Kita lagi nggak syuting drama romantis. Jauh-jauh dari gue." Jasmine menukas ketus.

Sabda mengangkat alis—ekspresinya berubah tengil. "Lepas sabuk pengaman aja lo anggap romantis? What a low standard."

Jasmine memutar bola mata sebelum keluar dari mobil, disusul oleh Sabda yang mendengus menahan senyum memerhatikan gadis itu. Namun sejujurnya, Sabda menyadari ada berbeda dari gadis itu sejak tadi malam. Meski masih sepedas biasanya, beberapa kali Sabda menemukan gadis itu sedang menenggelamkan diri dalam lamunan, lantas cepat-cepat mengubah ekspresinya menjadi sinis kala menyadari kehadiran Sabda.

Para pegawai Tempat Teduh masih berberes-beres kala Sabda dan Jasmine masuk. Sontak, perhatian mereka semua berpindah. Beberapa menatap Jasmine penasaran, beberapa lagi menatap gadis itu... aneh. Mungkin karena kedatangannya bersama bos mereka, mungkin juga karena pakaian gadis itu yang seperti biasa selalu mencolok ditemani dengan tas keluaran salah satu brand fashion termahal dunia.

Salah satu dari mereka lantas berlari kecil menghampiri keduanya. Ia menarik segaris senyum ketika menatap Jasmine, terdiam untuk beberapa jenak sebelum menoleh pada Sabda. "Yang ini ya, Mas?"

Sabda menggangguk membenarkan. "Tolong dibantuin ya, Yo."

Pemuda itu mengangguk. Ia lantas mengajak Jasmine untuk mengikutinya yang hanya dituruti Jasmine tanpa berkata apa-apa. Namun sebelum keduanya berbelok menuju ruangan yang di permukaan pintunya terdapat tulisan 'STAFF ONLY', Jasmine sempat menoleh ke belakang untuk mengecek keberadaan Sabda. Pemuda itu masih berdiri di tempat yang sama dengan mata yang terus mengikuti langkahnya, dan baru berhenti kala punggung Jasmine tak lagi terlihat.

"Barang-barang lo bisa ditaruh di loker yang ini." Cowok itu mendahului Jasmine masuk ke dalam ruangan. Ia lantas menoleh saat menyadari Jasmine masih terpaku di ambang pintu. Lantas, pemuda itu melangkah untuk mendekati Jasmine. "First time having a job?"

Jasmine mengangkat alis. "How do you know?"

"Ini juga kerjaan pertama gue." Jasmine harus mendongak untuk menatap pemuda di hadapannya. Gayanya yang terkesan berandalan—ripped jeans dan tindik di telinga—begitu kontras dengan cara berbicaranya yang asik dan ramah. Berbanding terbalik dengan Sabda yang selalu mengenakan outfit bak model ternama setiap harinya, namun memiliki mulut yang membuat Jasmine sering berharap menghilangkan nyawa seseorang adalah perbuatan legal.

Tunggu, buat apa juga Jasmine membandingkan cowok di hadapannya ini dengan Sabda?

"There's a first time for everything..." Pemuda itu sengaja menggantungkan kalimatnya, dan Jasmine tentu mengerti maksudnya.

"Jasmine."

"Jasmine." Pemuda itu mengulang nama Jasmine sambil mengangguk. "Gue Theo. Welcome, Jasmine. Semoga betah—"

"OH MY GOD! I'M SORRY MAAANNN, TADI VERY MACET—AIGOO KAMJAGIYA!!! WHO IS THIS LADY???!!!"

Jasmine menatap pemuda yang baru saja menerobos masuk dengan tatapan syok sekaligus bingung. Sementara Theo memejamkan mata lelah meski ia seharusnya sudah terbiasa dengan tingkah-tingkah ajaib oleh cowok yang sekarang sedang menatap Jasmine takjub itu.

Rule #1: Don't Date Your Friend's Sister!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang