#19 - Panik-panik Tipis

3.2K 541 1K
                                    

haiii.

setelah membaca chapter sebelumnya yang menguras emosi, mari kita santai sejenak.

main target yukkk.

targetnya sama seperti sebelumnya dehhh, 700 komentar untuk chapter selanjutnya.

siapp??

happy reading!!

***

Jasmine menolak untuk bertemu dengan Cakra.

Meski Cakra sempat dibuat terpaku di tempatnya kala tatapan penuh amarah dilayangkan Jasmine kepadanya, pengusiran yang diterimanya dari gadis itu sejujurnya tidak begitu mengejutkan. Hal terakhir yang Cakra lakukan sebelum Jasmine terserempet oleh mobil hingga kehilangan kesadaran untuk beberapa saat adalah mengatakan sesuatu yang menyakiti gadis itu. Apa lagi yang Cakra harapkan?

Namun meski tidak dapat masuk, Cakra tetap menunggu di depan ruangan Jasmine. Bersikeras untuk tetap berada di sana walau ia tidak bisa melihat Jasmine secara langsung, bahkan ketika matahari pelan-pelan mulai menampakkan dirinya.

Sementara Sabda yang diperbolehkan berada di dalam ruang rawat inapnya menemani Jasmine semalaman di dalam ruangan. Ia sempat tertidur beberapa jam di sofa, dan baru terbangun ketika seorang perawat mengantarkan sarapan. Oleh karena itu setidaknya badan Sabda terasa lebih bugar daripada Cakra yang benar-benar terlihat seperti seseorang yang akan mengikuti casting The Walking Dead untuk peran zombie.

"Dikunyah, jangan cuma lo simpen dalem mulut." Sabda berujar kala ia tidak melihat Jasmine mengunyah makanan yang disuapkannya.

"Ya sabar kenapa sih?!"

"Lo udah bisa ngomel-ngomel. Good sign."

Jasmine merengut. "Nggak ada baik-baiknya sama orang sakit."

"Kalau orang sakitnya kayak lo nggak bisa dibaikin. Suka ngelunjak."

Ketika Sabda mengulurkan suapan ketiga, Jasmine menggeleng. "Nggak mau lagi."

"Kenapa? Ada yang sakit?" Raut wajah Sabda berubah khawatir.

"Makanan rumah sakit nggak ada rasanya."

"Itu karena mulut lo yang lagi nggak enak. Ayo makan."

"Nggak."

"Masa gue harus pakai trik suapin anak kecil?"

Jasmine mengernyit. "Trik suapin anak kecil?"

"Ayok adek.... buka mulutnya, pesawat mau masuk—"

Jasmine langsung berlagak ingin memukul Sabda dengan kepalan tangannya. "Gue bukan anak kecil!"

Sabda tertawa, dan Jasmine tanpa sadar dibuat terpana olehnya. Mengingat pertemuan mereka hampir selalu diisi oleh perdebatan dengan satu sama lain, rasanya sangat aneh melihat pemuda itu tertawa di hadapannya.

"Then eat."

Jasmine akhirnya menurut dan membuka mulutnya, membiarkan Sabda menyuapkan makanan yang benar-benar terasa hambar di lidahnya itu.

"Ck, beneran anak kecil ternyata." Sabda mengulurkan tangannya untuk membersihkan noda makanan di sudut bibir Jasmine.

Jasmine hanya menatap tajam tanpa bisa mengatakan apa-apa, takut ia justru mengucapkan hal-hal memalukan karena salah tingkah.

Rule #1: Don't Date Your Friend's Sister!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang