karena chapter kemarin melampaui target, here you gooo
happy reading!!
***
Jasmine duduk di dalam ruang pegawai, menghabiskan waktu untuk merutuki dirinya sendiri yang bisa-bisanya dengan bodoh malah menuju ke gudang di depan Sabda tadi. Stupid, stupid, stupid. Jasmine rasanya pengen banget membenturkan kepalanya sendiri agar amnesia sekalian, supaya ia tidak lagi teringat akan apa yang terjadi di antara dirinya dan Sabda semalam.
Raut wajah Jasmine berubah secepat kilat menjadi datar saat pintu ruangan terbuka, disusul oleh Cakra yang melangkah masuk dengan wajah (sok) cuek. Di tangan cowok itu, ada plastik dengan logo yang Jasmine yakini berasal dari stand minuman boba yang dibuka di depan pertokoan tidak jauh dari Tempat Teduh.
"Ngapain lo?!" Mau sedang kehilangan harga diri, tentu saja Jasmine tidak akan bersikap ramah pada Cakra begitu saja. No way.
"Suka-suka gue dong gue mau dimana?! Kafe-kafe gue, kenapa lo yang ngatur?!" Cakra membalas tidak kalah sengitnya.
Lah, benar juga.
"Ya tapi kan ruangan lo bukan di sini!" Jasmine berkelit. Pantang baginya kalah berdebat dengan caplang di hadapannya ini.
"Terserah gue! Bisa aja gue lagi syuting Jika Aku Menjadi terus tukeran posisi sama Lucas?!"
"Jika aku—what the hell are you talking about?!"
Wajar saja sih Jasmine tidak mengerti. Cakra saja tidak tahu apakah acara televisi itu masih tayang atau tidak. Tanpa berniat untuk menjelaskan apa-apa ke Jasmine, Cakra mengulurkan segelas boba yang ia bawakan. Tentu saja tidak lupa dengan raut sengit—sok cuek—sok tidak peduli yang selalu ia pasang di wajahnya setiap kali berhadapan dengan Jasmine.
Jasmine seketika mengernyitkan kening. "Apaan?"
"Ya kira-kira yang ada bola-bola boba begini apaan? Jamu?!"
"Gue tau ini boba! Maksud gue ngapain lo kasih ke gue?"
"Menurut lo?!" Cakra jadi sewot sendiri. Gimana ya, berdiri di hadapan Jasmine sambil menyodorkan boba begini saja Cakra harus berantem dulu sama gengsinya yang tingginya sudah saing-saingan sama dosanya. Terus sekarang malah diajak debat dulu sama Jasmine, membuat dirinya harus berada lebih lama bersama gadis itu sementara ia sudah tengsin abis begini.
Jasmine menyipitkan mata, menatap Cakra penuh rasa curiga sebelum berkata, "Nggak."
"Hah?!"
"Bisa aja lo udah masukkin yang enggak-enggak ke minuman itu."
"Lo bisa berhenti mikir yang aneh-aneh nggak sih ke gue?!"
"Emang ada alasan lain lo tiba-tiba beliin gue boba selain pengen ngerjain gue aja?"
Cakra memutar otak dengan cepat. "Tadi gue mau beli dua, niatnya untuk Sabda. Tapi gue lupa kalau ternyata dia nggak suka boba."
"Dia sering beli boba di depan apartemen."
Ada kamera nggak? Cakra pengen melambaikan tangan. MALU, BOS.
Dengan segala sisa-sisa harga dirinya, Cakra membalas, "Ya lo tinggal terima aja kenapa sih?!"
"Ya udah, coba lo minum!"
Sesungguhnya, Jasmine tidak benar-benar mencurigai Cakra. Iseng saja. Jasmine tidak pernah melihat Cakra sebagai sosok yang jahat, apalagi semenjak keduanya terjebak di rumah Cakra karena pemadaman listrik waktu itu. Yang mengesalkan dari pemuda itu hanya keras kepalanya yang benar-benar nggak ada lawannya saja. Namun Jasmine juga merasa rasanya tidak pantas untuk memperotes karena ia sadar, keras kepalanya 11 12 dengan pemuda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rule #1: Don't Date Your Friend's Sister!
RomanceSabda, Raka, Cakra, dan Bara punya semacam rules tak tertulis di dalam pertemanan mereka yang dibuat akibat satu masalah yang pernah terjadi dulu: Jangan pacaran dengan saudara satu sama lain. Sejauh ini sih, peraturan tersebut bukanlah sesuatu yang...