#12 - Ide Cemerlang Sabira

2.4K 557 733
                                    

halo.

chapter yang seharusnya sudah dipublish sejak beberapa hari lalu akhirnya dipublish juga.

target untuk chapter ini 550 komentar yaa. tapi sebagai permintaan maaf, kalau targetnya sudah terpenuhi, aku akan langsung update saat itu juga, nggak perlu nunggu sampai besok malam.

siap?

happy reading!!

***

Satu minggu lebih sudah berlalu sejak kali pertama Jasmine bekerja di Tempat Teduh. Bohong banget kalau Jasmine bilang 1 minggu terakhir berlalu dengan cepat. Ada hari dimana ia mengutuk dirinya di masa lalu yang tidak berusaha lebih keras untuk menolak persyaratan dari Sabda. Persyaratan yang membuatnya berakhir di sini.

Seperti saat-saat di mana Cakra dengan sengaja membuatnya bolak-balik ke ruangan cowok itu—Sabda tidak terlihat, entah di mana—hanya untuk mengantarkan pesanan yang seharusnya bisa diantarkan sekaligus. Namun tentu saja bukan Cakra namanya jika apa yang ia lakukan tidak menguji kesabaran Jasmine. Ketika untuk keempat kalinya Lucas mendatangi Jasmine dan bilang kalau Cakra memintanya untuk mengantarkan pesanan pemuda itu, Jasmine yang sudah muak meminta Lucas untuk menggantikannya. Lucas lantas kembali 5 menit kemudian dengan pesanan Cakra yang masih berada di tangannya. Lucas bilang Cakra menolak, dia hanya ingin Jasmine yang membawa pesanannya.

Hari ini hari minggu. Jasmine menghabiskan weekendnya dengan bangun siang—yang biasanya tidak perlu menunggu weekend untuk ia lakukan—dan menghabiskan stok es krim vanilanya sambil duduk di pantry dapur, sementara Sabda berada di ruang tengah untuk menonton televisi.

Kegiatan Sabda terinterupsi oleh ponselnya yang berdering. Sabda rasanya ingin menggeser tombol merah tatkala menemukan nama Sabira yang muncul di layar. Namun tentu saja Sabda masih belum senekat itu untuk membiarkan dirinya dijemput oleh ajal mengingat betapa gilanya sang kakak kalau Sabda berani menolak panggilannya.

"Halo—"

"Gue lagi males basa-basi. Jam 1 pulang ke rumah. Biasa."

Setiap sebulan sekali, keluarga Kanigara akan makan siang bersama di rumah—Papi, Mami, Sabira, Sabda. Mami memulai tradisi ini mengingat kedua anaknya yang sudah tidak lagi tinggal bersamanya dan telah disibukkan oleh pekerjaan. Sepadat apapun pekerjaan keduanya terutama Sabira, mereka akan selalu menyempatkan waktu agar tidak melewatkan momen ini.

"Bukannya kata mami minggu depan?"

"Gue mau ngajak mami sama papi ke fashion show gue di Paris minggu depan, jadi dimajuin hari ini."

"Oke—"

"Bawa Jasmine."

Sabda tersedak. "Hah?!"

"You hear me." Sabira menyahut santai, seakan apa yang baru saja dikatakannya bukanlah sesuatu yang mengejutkan bagi Sabda.

Baik Sabda maupun Sabira sama sekali tidak pernah membawa pasangan mereka ke makan siang keluarga ini. Mentok-mentok Sabda membawa salah satu dari ketiga sohibnya, itu pun karena papi dan mami sudah mengenal Cakra, Bara, dan Raka dengan sangat baik. Bahkan terkadang mami sendiri yang mengundang mereka langsung.

"Sabira, you know i never bring any girl to our house—"

"Good. Jasmine bisa jadi yang pertama." Lagi-lagi, Sabira menyela, tidak memberikan adiknya kesempatan untuk mengeluarkan argumen.

Rule #1: Don't Date Your Friend's Sister!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang