#33 - The Hardinatas

2.2K 452 449
                                    

hii.

hampir sebulan nggak update cerita ini.

terima kasih banyak buat semua pesan yang kalian tinggalkan di twitter ataupun di wattpad ini selama aku off. terima kasih ya sudah menunggu cerita ini! <3

ayo ramein chapter ini!!

happy reading!

***

Perayaan ulang tahun Oma malam ini oleh kejutan tak terduga.

Pertama, jelas kehadiran Jasmine yang datang bersama Cakra.

Kehadiran gadis itu jelas mengejutkan para anggota keluarga Hardinata yang telah terlebih dahulu tiba di kediaman Oma. Decap suara berganti hening dalam sepersekian detik. Seluruh tatapan langsung terarah pada Jasmine yang sontak langsung menunduk—kehilangan keberaniannya begitu saja untuk mengembalikan tatapan-tatapan itu. Bahkan tanpa sadar, Jasmine sedikit bergeser untuk bersembunyi di balik punggung tegap Cakra.

Sebagian menatapnya dengan pandangan yang tidak bisa Jasmine mengerti artinya. Lebih banyak lagi yang menatapnya dengan sorot kebencian tak terelakkan, dan bahkan tidak ingin repot-repot untuk menyembunyikannya sama sekali. Yang lebih muda—Jasmine tebak adalah para sepupu Cakra—terlihat bingung karena tidak mengenali siapa sosok gadis yang Cakra bawa malam ini.

Jasmine bisa menebak dengan mudah kata-kata tak terucapkan di balik tatapan-tatapan itu. Kata-kata yang bahkan meski belum disuarakan dengan lantang, telah berhasil membuat dirinya gentar.

"You really have the audacity to show up here?"

Oh, tentu saja Tante Aletta akan menjadi yang pertama menyatakan ketidakterimaannya atas kehadiran Jasmine di sini dengan lantang. Takut. Jasmine takut. Bahkan ia bisa merasakan tubuhnya yang gemetar kecil karena ketakutannya. "Ca—Cakra, i don't think i should be here..." Jasmine berbisik, suaranya jauh lebih gemetar dari yang ia duga.

Dan mungkin Cakra bisa merasakannya, karena sesaat setelahnya, pemuda itu meraih jemari tangannya lalu menoleh ke belakang untuk menatapnya dengan segaris senyum sambil berucap pelan, "Ada gue."

Mengabaikan Tante Aletta, Cakra menarik Jasmine pelan untuk menghampiri Oma yang duduk di ujung meja. Pemuda itu terlebih dahulu merunduk untuk mengecup pipi Oma dan mengucapkan sebaris ucapan selamat ulang tahun untuk beliau. Atmosfer berubah saat perhatian Oma berpindah pada gadis yang hanya bisa berdiri kaku selangkah di belakang Cakra.

Dan sebelum Cakra sempat mengatakan apa-apa, Oma telah lebih dahulu berdiri dan mengisyaratkan Cakra untuk tidak tetap diam. Ketika telah berdiri tepat di hadapan Jasmine, Oma mengangkat telapak tangannya, reflek membuat Jasmine memejamkan matanya erat-erat, bersiap menerima perih yang akan menjalar di pipinya dalam hitungan detik saat yang ia rasakan justru adalah sebuah sentuhan hangat.

Ketika Jasmine membuka mata, hal pertama yang ia temukan adalah sesuatu yang juga sedang mengejutkan semua orang yang ada di ruang makan besar kediaman Oma malam ini—mata Oma yang tengah memandangnya dengan lembut dan segaris senyum yang turut menyertainya.

"Mirip sekali dengan Ayah kamu." Jemari Oma bergerak di pipi Jasmine. "Cucu Oma cantik sekali."

Jasmine jelas menyadari beberapa penghuni di meja makan telah bersiap untuk melayangkan protes mereka. Namun ucapan Oma adalah final, selalu seperti itu. Oleh karenanya, semua protes itu terpaksa mereka telan kembali, terutama ketika Oma menarik Jasmine untuk duduk di kursi kosong yang berada tepat di sebelahnya.

Rule #1: Don't Date Your Friend's Sister!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang