hai?
udah berapa lama ya...
first of all, terima kasih banyak untuk yang sudah setia menunggu cerita ini. terima kasih buat kalian yang mencari aku di dm, komentar, sampai ke twitter.
pastinya aku ingin minta maaf sudah menggantung ddyfs selama ini. sebagai pembaca wp juga, aku tentu tau gimana rasanya menunggu cerita yang nggak jelas updatenya kapan.
awalnya memang disibukkan oleh kuliah dan segala tugas2nya yang bener-bener menyita waktu. aku yg awalnya hanya berencana untuk istirahat selama beberapa bulan, jadi keterusan hingga setahun lebih.
dan ketika aku ingin kembali menulis, aku merasa kehilangan 'rasa'nya. aku merasa asing dengan tokoh2ku sendiri. merasa asing dengan cara menulisku sendiri. bikin aku butuh waktu yang lama hanya untuk menulis satu chapter, karena harus membaca kembali berulang kali ddyfs agar bisa 'merasakan' kembali cerita ini.
karena itu, aku sangat terbuka untuk kritikan di chapter ini. entah mungkin ada bagian yang kurang nyambung, penulisan yang aneh, atau apapun itu. karena aku sekarang sedang dalam proses 'belajar' kembali sambil berusaha mengembalikan feeling cerita ini.
well, welcome back!
happy reading!
***
Meyakinkan Cakra agar membiarkan Sabda mengantarkan Jasmine pulang ternyata tidak sesulit itu malam ini. Mulut persuasif Sabira yang dari dulu memang tidak pernah ada tandingannya, ditambah tidak tega melihat Jasmine yang tampak sudah ngantuk berat, Cakra akhirnya mengizinkan Sabda untuk mengantarkan Jasmine pulang, sementara ia bersama Sabira menuju rumah Tifanny.
Mobil Sabda meluncur keluar dari parkiran McDonald's diiringi oleh tatapan Cakra sebelum pemuda itu sendiri akhirnya berkendara ke arah yang berlawanan. Baru bergerak kurang dari 2 menit dari McDonald's, Sabda mendadak menghentikan laju mobilnya dan menepi, membuat Jasmine mengernyitkan kening.
"Kenapa? Ada yang kelupaan?"
Sabda melepas sabuk pengaman, memutar tubuh agar menghadap pada Jasmine sepenuhnya sebelum merentangkan tangan, bikin Jasmine mengernyitkan kening bingung tak mengerti.
"Come here."
Dan meski ia sontak memutar bola mata sebagai respon pertama, di detik selanjutnya, ada senyum yang tidak lagi bisa Jasmine tahan sebelum ia akhirnya ikut melepas sabuk pengamannya sendiri dan berhamburan ke dalam pelukan Sabda.
"Fuck, i miss you so much..." Sabda berbisik tepat di telinga Jasmine sementara kedua lengannya sedang membungkus tubuh Jasmine erat-erat.
"Muka lo tadi lucu banget. Hampir aja tadi gue nekat buat fotoin."
"Isengnya kakak lo benar-benar nurun ke lo, ternyata." Sabda mendengus. Jemarinya bergerak di antara helaian rambut Jasmine, memainkannya dengan lembut. "Gue mending disuruh ngobrol sama Raka dan Lucas seharian daripada harus terjebak di situasi kayak tadi lagi."
Jasmine tertawa. "Sayangnya, Sabira kakak lo, dan Selena sahabat gue. Jadi kalau lo masih mau lanjut sayang sama gue sih, lo harus siap sering-sering terjebak dalam situasi kayak tadi ke depannya."
"You're lucky i love you too damn much."
Sabda melonggarkan pelukannya, meninggalkan satu kecupan kecil di puncak hidung Jasmine sebelum lanjut berkendara menuju rumah Jasmine.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rule #1: Don't Date Your Friend's Sister!
RomanceSabda, Raka, Cakra, dan Bara punya semacam rules tak tertulis di dalam pertemanan mereka yang dibuat akibat satu masalah yang pernah terjadi dulu: Jangan pacaran dengan saudara satu sama lain. Sejauh ini sih, peraturan tersebut bukanlah sesuatu yang...