#25 - Modus

2.8K 506 290
                                    

halo!

kalau kalian nggak tau, chapter 25 - kebohongan sang kakak sudah aku unpublish ya. setelah aku pikir pikir lagi, aku memutuskan untuk menunda konflik tante aletta sampai beberapa chapter ke depan.

tapi bukan berarti jadi nggak ada konflik baru. hehe.

chapter ini akan menjadi chapter 25 yang baru. hampir seluruhnya aku ganti.

ayo ramaikan chapter iniii!!!

happy reading.

***

Hari minggu ini adalah jadwal Jasmine membuka jahitan lukanya. Seharusnya, seperti yang sudah Cakra janjikan sebelumnya pada gadis itu, dirinyalah yang akan mengantarkan Jasmine ke rumah sakit. Namun saat sarapan tadi, Cakra menerima telepon dari Sabda yang mengingatkan dirinya untuk pergi mengecek pembangunan cabang baru dari Tempat Teduh.

Dan tentu saja mengingatkan Cakra perihal mengecek pembangunan cabang terbaru Tempat Teduh itu hanyalah bagian dari modus seorang Sabda Kanigara agar tugas mengantarkan Jasmine ke rumah sakit diserahkan kepada dirinya.

Kali ini, modusnya berjalan dengan lancar tanpa terendus oleh sang kakak posesif. Lagipula, Cakra juga tidak punya pilihan lain. Mereka telah sepakat bahwa minggu ini, Cakra yang akan pergi mengecek pembangunan. Maka akhirnya, setelah berulang kali memberi peringatan untuk menjaga jarak aman bahkan hingga meminta Jasmine untuk duduk di jok belakang, Cakra membiarkan Sabda yang mengantarkan Jasmine ke rumah sakit siang ini.

"Gue baru tau Tempat Teduh lagi buka cabang baru." Jasmine berceletuk ketika ia sudah berada di dalam mobil bersama Sabda.

"Lo nggak pernah nanya."

"Kan lo bisa cerita tanpa gue tanya."

"Gimana bisa gue cerita kalau tiap kita ngobrol lo galakin gue mulu."

"Ya abisnya lo nyebelin!"

"Gue nyebelin karena lo galak."

"Gue galak karena lo nyebelin!"

"Gue nyebelin karena—" Sabda tidak jadi meneruskan kata-katanya saat menyadari bahwa percakapan ini seperti loop yang tidak akan menemui ujungnya. "Terserah."

Jasmine tersenyum penuh kemenangan, sementara Sabda hanya bisa mendengus pasrah. Untuk sejenak, percakapan berhenti sampai di situ. Satu-satunya suara yang memecah hening di dalam mobil ada lagu-lagu dari ponsel Sabda yang disambung dengan koneksi bluetooth ke tape mobil.

Semakin dekat dengan rumah sakit, Sabda mulai menyadari bahwa Jasmine mulai terlihat gelisah. Tidak sulit untuk menebaknya. Mungkin karena gestur gadis itu begitu memperlihatkan kecemasannya—berulang kali membasahi bibir bawah dan tak kunjung berhenti meremas jemarinya yang berada di atas pangkuan. Atau mungkin, Sabda saja yang selalu kelewat memperhatikan perempuan itu.

"Lepas jahitannya nggak bakal sakit."

Jasmine yang sejak tadi sedang berusaha mengalihkan pikirannya dengan mengamati kendaraan yang melintas dari sebelah kiri mobil jadi menoleh, menatap Sabda yang sedang fokus pada jalanan di depannya.

"Nggak usah bohongin gue. Gue bukan anak kecil."

"Gue nggak bohong. Emang nggak sakit."

"Emang lo pernah?"

Alis Jasmine terangkat ketika Sabda mengangguk.

"Beneran? Lo pernah dijahit juga? Terus gimana? Bekas nggak? Gue mau liat dong! Di mana lukanya?"

Rule #1: Don't Date Your Friend's Sister!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang