#10 - Misi Penyelamatan

2.5K 575 448
                                    

KALIAN KEREN BANGET???!!!!!! bener-bener kaget targetnya terpenuhi nggak sampai sehari dan bahkan sekarang udah hampir 500 komentar.

jadi ngeri nih kalau mau pasang target wkwkwkwk

kapan-kapan lagi yaa pakai targetnya. terima kasih banyak untuk komen-komen lucu kalian kemarin!!! here's a chapter for all of you. happy reading!

***

Sabda sering banget mendengar kalau cewek itu cenderung menghindari cowok yang punya kakak perempuan. Apalagi kalau si cowok adalah anak bungsu di dalam keluarganya.

Dan Sabda tahu dengan jelas alasannya. Karena ia sendiri telah mengalaminya.

Sejauh ini, Sabda belum pernah punya pacar yang seserius itu, di mana ia telah membayangkan masa depan yang akan dibangun bersama sang kekasih. Hubungan-hubungan yang pernah dibangun oleh Sabda dapat dibilang hanya untuk kesenangan sekarang tanpa ada niat untuk membahasa tujuan ke depannya. Oleh karenanya, ia sama sekali belum pernah membawa wanita manapun untuk dikenalkan kepada keluarganya.

Namun dengan posisinya sebagai anak bungsu dalam keluarga, Sabda tahu mami jadi selalu kepo dan ingin mengenal siapa gadis yang sedang dekat dengannya. Sabda sejujurnya tidak masalah, tahu bahwa ini semata-mata hanya karena kekhawatiran seorang ibu. Namun yang menjadi masalah utama adalah, kekhawatiran mami lantas ditunjukkan beliau dengan cara 'mengirimkan' Sabira untuk menyeleksi gadis yang sedang dekat dengan Sabda.

Dan tentu saja, membiarkan Sabira turun tangan dalam kisah percintaan Sabda adalah suatu mimpi buruk besar.

Sejak jaman sekolah dulu, sosok Sabira Kanigara telah menjadi icon. Dia berani, cerdas, populer. Teman-temannya berada di semua angkatan, namun secara bersamaan, ia juga menjadi salah satu murid yang paling ditakuti karena tidak segan untuk melawan angkatan di atasnya.

Namun jika Sabda diminta untuk menggambarkan sosok Sabira di matanya, ia hanya perlu menggunakan 1 kata; Gila.

Gadis paling pertama yang menjadi korban Sabira Kanigara adalah Kara. Kara adalah teman semasa kuliah Sabda. Bukan pacar pertama Sabda, namun jadi yang pertama yang pernah bertemu dengan Sabira. Waktu itu Cakra sedang merayakan pesta ulang tahunnya di salah satu kelab malam. Sabira turut hadir, lantas bertemu dengan Kara yang malam itu datang bersama Sabda.

Sabda tidak pernah tahu dengan pasti apa yang Sabira katakan pada Kara karena kakak perempuannya itu memintanya meninggalkan mereka untuk bicara berdua. Namun yang jelas, malam itu Kara pulang sendirian tanpa berpamitan dengannya. Lantas keesokan siangnya, Kara mengakhiri hubungan mereka.

Ketika Sabda bertanya apa yang Sabira katakan pada Kara, wanita itu menjawab dengan santai, "Gue nggak ngomong yang aneh-aneh. Not my fault cewek lo itu mentalnya tempe."

Namun tebakkan Sabda, apapun yang Sabira katakan pada Kara malam itu—dan pada mantan-mantan Sabda lainnya karena tentu saja Kara bukanlah korban terakhir Sabira—adalah bagian dari radar wanita yang katanya jauh lebih peka daripada laki-laki. Karena beberapa minggu kemudian, Sabda mendengar dari Bara kalau Kara sedang berkelahi dengan teman-teman perempuannya karena telah menikung kekasih salah satu dari mereka. Rumor-rumor tidak sedap lain juga Sabda dengar dari mantan kekasihnya yang lain, mulai dari jadi simpanan orang sampai gold digger.

Kesimpulannya; mulut Sabira bisa membuat setan minder.

Kesimpulan kedua; Sabda harus segera menyelamatkan Jasmine.

Tentu saja ini bukan artinya Sabda akan memacari Jasmine. Namun ketika menemukan seorang gadis asing di apartemennya, tebakkan pertama Sabira tak lain adalah Jasmine merupakan kekasih Sabda. Dan walaupun mulut Jasmine bisa sama berbahayanya, Sabda tetap tidak ingin ambil resiko Jasmine jadi korban selanjutnya dari lidah jahanam Sabira.

Rule #1: Don't Date Your Friend's Sister!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang