hai!
chapter ini adalah salah satu dari chapter yang sempat aku unpub yaa, jadi malam ini ada 3 chapter yang akan aku publish
ada cukup banyak revisi untuk chapter-chapter yang sempat aku unpub, jadi silahkan dibaca ulang
ayoo komen sebanyak-banyaknya
happy reading!
***
Seharusnya, ini menjadi pagi yang menenangkan untuk Sabda.
Moodnya baik karena semalam telah memastikan Jasmine baik-baik saja. Langit yang tampak sedang cerah di luar ketika Sabda menengok dari jendela apartemennya. Air yang tidak terlalu dingin saat ia mandi tadi. Kopi yang terasa lebih nikmat dari biasanya.
Well. Sekali lagi. Seharusnya.
Kalau saja saat di tegukan keempat kopinya, Sabda tidak menerima telepon dari sang cegil keluarga Kanigara. Siapa lagi kalau bukan...
"Update."
Sabda memejamkan mata. Mendadak, kopinya terasa hambar di lidah. "It's 7 in the morning."
"Lo kira gue buta? Gue juga tau ini jam berapa." Di ujung sana, Sabira menyahut dengan santai, namun bagi Sabda, terdengar seperti hujaman yang menembus hingga gendang telinganya.
"Exactly, Sabira. Waras dulu pagi-pagi begini. Gila lo agak siangan dikit."
"Heh, anak kecil nggak tau terima kasih! Lo lupa semalem siapa yang bikin lo bisa balik sama Jasmine? Ditinjau dari muka planga-plongo lo sepanjang kita makan di McD semalem, sangat terlihat jelas lo nggak ada berani-beraninya di depan Cakra."
"Sabira—"
"Memalukan."
"Nggak kayak gitu—"
"Potong aja otong lo."
Sabda menarik napas panjang. Sabda kuat, Sabda bisa.
"Thank you for last night, Sabira." Yah, tentu saja Sabda tidak bisa membantah dan tetap harus berterima kasih. Karena bagaimana pun juga, benar bahwa Sabira lah yang telah membuat Sabda bisa mengantarkan Jasmine melalui rencana super licik wanita itu.
Sabda bisa membayangkan wajah pongah Sabira di ujung sana. "Update me, then."
"Update lo soal apaan, Ra?"
"Lo makin ke sini makin lemot, ya. Duh, apa gue beneran jadi anak tunggal aja kali, ya?" Sabira menyahut. Sabda bisa mendengar suara kakak perempuannya itu agak tidak jelas karena sedang mengunyah. Diam-diam, Sabda tersenyum. Pasalnya, Sabda tahu persis bagaimana Sabira terlampau sering melewatkan jam makannya dengan alasan menurunkan berat badan. Salah satu dari sedikit alasan yang bikin Sabda berani memarahi Sabira setakut-takutnya Sabda kepada wanita itu. "Ya update hubungan lo sama Jasmine. Lo kira ngapain gue sampai bikin skenario sekelas Oscar itu kalau bukan untuk memajukan hubungan lo dengan Jasmine kesayangan kecintaan gue?"
"Kenapa lo harus tau banget sih, Ra, soal hubungan gue dan Jasmine?"
"Ya sebagai bahan pertimbangan."
"Bahan pertimbangan apa?"
"Apakah lo masih pantes menempati baris keempat kartu keluarga kita atau enggak."
"Ra, gue adek lo."
"Bisa jadi mantan adek kalau lo macem-macemin Jasmine my cupcake."
Mau membalas, tentu saja tidak berguna. Maka Sabda memutuskan untuk menutup bibirnya serapat mungkin daripada ia benar-benar berakhir tidak menyandang nama Kanigara lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rule #1: Don't Date Your Friend's Sister!
RomansaSabda, Raka, Cakra, dan Bara punya semacam rules tak tertulis di dalam pertemanan mereka yang dibuat akibat satu masalah yang pernah terjadi dulu: Jangan pacaran dengan saudara satu sama lain. Sejauh ini sih, peraturan tersebut bukanlah sesuatu yang...