"Kakak!"
Cakra tersentak bangun dengan peluh yang membasahi kening dan nafas yang naik-turun dengan cepat. Matanya mengecek jam dinding yang berada di ruangannya. Pukul 4 sore. Sudah 2 jam Cakra terlelap tanpa sengaja, padahal ia awalnya cuma berencana untuk berbaring sebentar sambil memainkan game di ponselnya.
Mimpi itu datang lagi. Seperti biasa.
Cakra lupa kapan ia mulai bermimpi seperti ini. Mimpi yang isinya selalu sama. Cakra memimpikan sosok dirinya yang masih kecil, mungkin berusia sekitar 5 atau 6 tahun, sedang bermain kejar-kejaran dengan seorang anak perempuan. Cakra menjadi yang mengejar, sementara anak perempuan itu berlari dengan cepat hingga Cakra tak berhasil menangkapnya. Ketika Cakra tak lagi bisa berlari dan akhirnya berhenti sambil memegang lututnya karena kelelahan, anak perempuan itu berbalik. Jarak mereka terlalu jauh untuk bisa Cakra lihat wajahnya dengan jelas. Namuh samar-samar, Cakra bisa melihat seulas senyum di wajahnya, tampaknya merasa lucu melihat Cakra yang ngos-ngosan. Gadis itu kemudian melambaikan tangannya, meminta Cakra untuk menghampirinya sambil berseru, "Kakak!"
Selesai. Mimpi itu selalu berakhir di sana.
Setiap kali Cakra memimpikannya, ia akan berusaha mengingat-ingat apakah ia punya sanak saudara yang perawakannya mirip dengan gadis dalam mimpi itu. Pasalnya, Cakra ini anak tunggal. Jadi tidak mungkin gadis yang memanggilnya kakak itu adalah adik kandungnya. Namun tampaknya mustahil juga kalau gadis itu adalah sepupunya. Gadis di dalam mimpi itu tampaknya sepantaran dengannya. Kalaupun berbeda, tak bisa lebih dari dua atau tiga tahun. Sedangkan kakak sepupu Cakra yang usianya paling dekat dengannya berbeda 5 tahun, sementara adik-adik sepupunya semuanya adalah laki-laki.
Menyerah menebak siapa gadis itu, Cakra memilih untuk beranjak, keluar dari ruangannya di Tempat Teduh. Tempat Teduh adalah sebuah kafe milik Cakra dan Sabda, temannya sejak tahun pertama SMP. Tempat Teduh dibangun keduanya di semester ke-5 kuliah. Dalam satu tahun, Tempat Teduh berkembang pesat menjadi salah satu kafe paling terkenal untuk dijadikan tempat nongkrong anak muda sampai tempat menyelesaikan pekerjaan yang tersisa oleh para pekerja kantoran.
Seperti namanya, Tempat Teduh memiliki suasana yang hangat sebagai tempat persinggahkan di tengah penat. Dinding-dindingnya terbuat dari kaca-kaca raksasa sehingga para pengunjung bisa melihat langsung pemandangan hijau yang berasal dari pepohonan rindang di sekitarnya. Lantainya terbuat dari kayu, memberikan rasa homey dan nyaman.
Mata Cakra langsung menangkap Sabda yang sedang duduk di salah satu meja di antara meja-meja lain yang terisi penuh. Ada Raka dan Bara bersamanya. Kedua orang itu memang berjanji untuk mampir hari ini.
"Tuh, anaknya udah bangun." Yang pertama menyadari kehadiran Cakra adalah Raka.
Seperti Sabda, Raka dan Bara juga mengenal Cakra sejak tahun pertama SMP. Seakan tak puas berada di SMP dan SMA yang sama, mereka bahkan lolos di PTN yang sama pula, hanya dipisahkan oleh fakultas. Cakra berada di Manajemen Bisnis, Raka menjadi anak Teknik Mesin, Sabda di Hubungan Internasional, sementara Bara Ilmu Komunikasi. Keempatnya benar-benar mendewasa bersama.
Tak ada jarak yang membentang meski keempatnya sudah lulus dan memilih jalan masing-masing. Cakra dan Sabda melanjutkan Tempat Teduh yang berkembang semakin besar. Raka mengambil alih bengkel Ayahnya, sementara Bara menjadi produser musik di agensi milik Ayahnya yang memang merupakan penyanyi lawas terkenal di Indonesia.
"Terus, lo bilang apa pas dia nanya gitu?" Bara bertanya, tampaknya meminta lanjutan dari topik yang ketiganya sedang bahas sebelum kedatangan Cakra, yang lantas bikin Cakra jadi kepo.
"Eits, gosipin siapa nih?"
"Masa kata Raka kemarin sore, pas dia lagi ada di bengkelnya, ada cewek yang dateng buat servis mobil. Si brengsek udah pede ngiranya lagi dideketin pas si cewek ngajakin ngobrol, eh ternyata diajak ngobrolnya gara-gara si cewek pernah lihat muka Raka di Instagramnya Sabda." Selain berbakat sebagai seorang produser yang karyanya sudah berulang kali memangkan acara penghargaan musik tahunan, Bara juga punya bakat untuk menjadi co-host acara Rumpi No Secret menemani Feni Rose. "Terus si cewek nanya ke Raka, Sabda itu gay apa bukan, soalnya dia heran kenapa nggak pernah ada foto cewek di Instagramnya Sabda."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rule #1: Don't Date Your Friend's Sister!
RomansaSabda, Raka, Cakra, dan Bara punya semacam rules tak tertulis di dalam pertemanan mereka yang dibuat akibat satu masalah yang pernah terjadi dulu: Jangan pacaran dengan saudara satu sama lain. Sejauh ini sih, peraturan tersebut bukanlah sesuatu yang...