haloo!!!
baru sempet update karena beberapa hari terakhir ini lagi sibuk bangettt. seharusnya sih udah free untuk ke depannya. jadi, ayo kita main targett!!!
700 komentar untuk next chapter. ready????
happy readinggg!!!
***
Ketika Jasmine pulang ke apartemen, hal pertama yang ia lihat adalah Sabda yang baru saja keluar dari kamarnya dengan tetes-tetes air yang berjatuhan dari ujung helaian rambutnya—menunjukkan dengan jelas kalau cowok itu baru saja selesai mandi saat Jasmine tiba. Pintu di belakang Jasmine tertutup begitu saja sementara ia dan Sabda yang berdiri beberapa meter darinya bertukar tatapan canggung.
Lagi-lagi, hening.
Tentu saja meski sudah hampir 1 hari berlalu, canggung itu tidak begitu saja meninggalkan keduanya. Atmosfer seketika berubah kala mata mereka bertemu. Hingga akhirnya, dengan segala usaha agar suaranya terdengar biasa saja, Jasmine menjadi yang pertama bersuara, "Sorry, tadi gue lupa bilang ke mau ke tempat Theo." Walaupun tadi ia sudah meminta maaf saat melipir sejenak dari ruang keluarga Theo dan menelepon balik Sabda, Jasmine merasa ia perlu kembali meminta maaf. Sekaligus mencari topik juga untuk memecah senyap di antara keduanya.
"It's okay. Gue cuma kaget aja tadi pas pulang lo nggak ada."
Tentu saja seorang Sabda Kanigara tidak akan menceritakan bagaimana ia sempat begitu panik ketika tidak menemukan Jasmine di apartemen saat pulang tadi.
Obrolan itu berakhir sampai di sana. Sabda lantas berbelok ke dapur, sementara Jasmine meneruskan langkah menuju kamar, berniat untuk mandi saat suara Sabda kembali terdengar.
"Udah makan?"
Jasmine menghentikan gerak kakinya. Ia menoleh untuk menatap Sabda yang sedang menanti jawabannya, sebelum menyahut dengan kikuk, "...Udah."
"Good."
"Lo?" Tidak sopan kan kalau Jasmine tidak bertanya balik? Tapi sejak kapan juga Jasmine memikirkan soal sopan-santun jika berkaitan dengan Sabda seperti ini?
"Baru mau masak."
"Oh. Oke."
Jasmine sudah berdiri di depan pintu kamar, namun sesuatu di dalam kepalanya seakan menahan jemarinya sehinga ia tidak kunjung memutar gagang pintu. Ia menatap Sabda yang sedang mondar-mandir di dapur dengan ragu, hingga akhirnya memutuskan menunda niatnya untuk mandi dan berjalan menghampiri pemuda itu.
Kehadiran Jasmine langsung disadari oleh Sabda. Pemuda itu menoleh dengan alis terangkat—menanyakan tujuan Jasmine berada di sana.
"Ehm... sebagai permintaan maaf, sini gue masakkin." For your information, hanya untuk mengatakan kalimat barusan, Jasmine membutuhkan seluruh stok keberanian di dalam tubuhnya.
Sabda kelihatan agak kaget. Alasannya cukup jelas. Sejak kapan seorang Jasmina Pranawa akan repot-repot melakukan sesuatu untuknya hanya untuk meminta maaf seperti ini? Tapi cowok itu tidak bertanya atau menolak, justru melangkah mundur dan duduk di kursi pantry, memberikan Jasmine kendali penuh di dapur.
Dari bahan-bahan yang sudah Sabda ambil, cowok itu tampaknya akan memasak nasi goreng untuk makan malamnya. Jasmine lanjut memotong bahan-bahan makanan yang tadi sudah Sabda keluarkan dari kulkas.
Tidak. Jasmine sudah tidak tahan lagi. Ia benar-benar sudah muak dengan suasana yang terasa setiap kali dirinya dan Sabda berada di ruangan yang sama. Baik Jasmine dan Sabda jadi serba salah setiap kali ingin melakukan apapun. Bertatapan sedikit, canggung. Bahkan saat mendengar nama Sabda saja, Jasmine rasanya ingin membekap mulut siapapun yang sudah mengatakan nama pemuda itu di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rule #1: Don't Date Your Friend's Sister!
RomanceSabda, Raka, Cakra, dan Bara punya semacam rules tak tertulis di dalam pertemanan mereka yang dibuat akibat satu masalah yang pernah terjadi dulu: Jangan pacaran dengan saudara satu sama lain. Sejauh ini sih, peraturan tersebut bukanlah sesuatu yang...