haiii.
aku datang membawa update walaupun target chapter sebelumnya belum terpenuhi.
walaupun masih kurang seratusan komen, tapi kalian udah usaha banget menuhin targetnya. terima kasih yaaa!! anggep aja ini hadiah dari aku yang lagi seneng karena exo abis cb.
kalian spam comment di chapter ini aja dehhh sebagai gantinyaaa.
siapp???
selamat membacaaa!!!
***
Cakra dan Jasmine duduk bersebelahan di meja yang disediakan di depan supermarket. Perkelahian—sebenarnya tidak bisa disebut perkelahian juga, karena si jamet brengsek itu langsung memohon ampun dan pergi bersama teman-temannya usai mendapat satu pukulan dari Cakra—tadi berujung pada buku-buku jemari Cakra yang memar dan sedikit robek.
Jasmine menuangkan obat merah di permukaan kapas yang baru saja ia beli di supermarket, kemudian menekannya pelan di luka Cakra. Sesekali, ia akan melirik wajah Cakra yang sejak tadi hanya menatap ke jalan raya dengan rahang mengeras—tampaknya masih menahan emosi. Ketika untuk kesekian kalinya Jasmine mendongak, mata mereka akhirnya bertemu. Tanpa komando, keduanya kompak membuang muka dengan cepat sambil berdehem kikuk.
"Lo nggak pa-pa, kan?" Pertanyaan itu disuarakan Cakra tanpa menatap Jasmine, berpura-pura menyibukkan diri melihat ke sekitar padahal tidak ada sesuatu yang menarik untuk dilihat di sana.
"Hm."
"Kenapa tadi nggak langsung manggil gue, sih? Kan lo tau gue masih di dalem."
Ketidakterimaan sarat rasa khawatir di dalam suara Cakra berhasil membuat tangan Jasmine berhenti bergerak mengobati luka pemuda itu. Jasmine mendongak, memandang Cakra yang langsung salah tingkah ditatap begitu. Wajahnya boleh tetap sengak, namun kedua telinganya langsung memerah saat menyadari bahwa ucapannya barusan benar-benar memperlihatkan kekhawatirannya pada Jasmine.
Jasmine menggigit bibir dalamnya, menahan rasa tersentuh dan senang yang mengaliri dadanya. Ia tidak salah dengar, kan? Cakra mengkhawatirkannya?
"Nggak usah kegeeran—"
"Thank you." Jasmine kembali mengobati luka Cakra untuk menghindari kontak mata dengan pemuda itu.
Sementara di hadapannya, Cakra terkesiap.
"Gue tau lo pasti mau bilang 'nggak usah kegeeran, kalau gue ketemu pegawai gue yang digangguin kayak tadi juga pasti bakal gue tolongin' or something like that. But still, thank you. Sebenernya gue lumayan takut juga tadi. Gue sama sekali nggak expect dia bakal ngomong sekurang ajar itu."
Cakra hanya diam mendengarnya. Namun ada satu hal yang ia sesali. Seharusnya tadi ia melakukan lebih dari sekedar mematahkan rahang pemuda brengsek itu. Bajingan itu beruntung Cakra sudah lebih dulu ditahan oleh pegawai supermarket yang menyaksikan perkelahian itu.
Ketika luka di buku-buku jemari Cakra sudah selesai diobati, pemuda itu meraih satu minuman dingin dari belanjaannya. "Nih!"
Baru Jasmine ingin membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, Cakra sudah duluan menyela dengan sewot, "Apa?! Mau curiga lagi gue naroh sesuatu di minuman itu?!"
"Apaan sih?! Orang gue cuma mau bilang makasih!"
"Oh. Ya udah, mana makasihnya?"
"Nggak jadi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rule #1: Don't Date Your Friend's Sister!
RomanceSabda, Raka, Cakra, dan Bara punya semacam rules tak tertulis di dalam pertemanan mereka yang dibuat akibat satu masalah yang pernah terjadi dulu: Jangan pacaran dengan saudara satu sama lain. Sejauh ini sih, peraturan tersebut bukanlah sesuatu yang...