halooo.
terima kasih untuk vote dan comment di chapter sebelumnya!!!
honestly, aku agak kaget karena ternyata target commentnya lebih duluan tercapai daripada target vote. padahal target untuk votenya aku pasang nggak begitu beda jauh dengan jumlah vote biasanya.
sebenernya alasan aku pasang target vote kemarin karena pengen liat akun-akun yang selama ini belum pernah muncul di notifikasiku. karena aku bener-bener ngecek semua notifikasi tiap aku publish setiap chapter, sebanyak apapun itu. biasanya pagi setelah aku update.
karena selama ini aku nggak begitu perhatiin angka-angkanya. tapi setelah pasang target vote kemarin, aku baru sadar kalau jumlah antara readers dan voteku cukup jomplang.
kayaknya udah kepanjangan nih author's note-nya. well,
happy reading!!!
***
Jasmine mengernyitkan kening ketika ia merasakan cahaya matahari yang menembus tirai tipis jendela menerpa wajahnya.
Ketika perlahan-lahan kesadaran Jasmine mulai terkumpul, ia mulai merasakan sesuatu yang mengganjal. Ranjang Sabda memang selalu berbau seperti parfum pemuda itu, namun baunya tidak pernah setajam ini. Bantalnya juga terasa aneh.
Tunggu-tunggu... Hal terakhir yang Jasmine ingat dari malam tadi adalah ia menonton film berapa Sabda di ruang tengah. Jasmine tidak ingat ia sempat masuk ke dalam kamar untuk tidur.
Jasmine seketika membuka matanya lebar-lebar. Pemandangan pertama yang menyambut netranya adalah wajah Sabda yang masih memejamkan mata, sementara ia sendiri sedang tertidur di dada pemuda itu. Tangan Sabda memeluk pundaknya meski pemuda itu sedang tertidur.
Reflek, Jasmine menendang Sabda hingga terjatuh di lantai, sukses membangunkan pemuda itu dalam sepersekian detik.
"WHAT THE HELL ARE YOU DOING?!" Jasmine berseru, bahkan sampai berdiri di atas sofa. Sementara Sabda yang sudah terduduk di lantai menatap gadis itu dengan otak yang belum sepenuhnya bekerja.
"Gue... tidur?"
"I KNOW YOU'RE SLEEPING, YOU DUMBHEAD! I MEAN—" Jasmine menggeram, terlalu kesal sekaligus malu. Ia benar-benar tidur semalaman di dalam pelukan Sabda? Bagaimana bisa?!
Sabda berdiri dengan ringisan di wajahnya. "Sebelum lo nyalahin gue, lo duluan yang tidur di bahu gue."
"Kan lo bisa bangunin gue?!"
Ditembakkan pertanyaan itu, jelas Sabda mati kutu.
"Dasar tukang cari kesempatan!"
Sabda menghembuskan nafas panjang. "It's just a sleep. Nothing even happened."
"Just? JUST?!" Mata Jasmine terbelalak tak percaya.
"We've done something more—"
Sabda tidak lagi meneruskan kata-katanya ketika Jasmine sudah lebih dahulu melompat dari sofa untuk membekap mulutnya dengan wajah yang memerah.
"Kita udah sepakat untuk ngelupain itu!" Jasmine berbisik keras meskipun hanya mereka berdua saja yang berada di sana.
Jarak mereka kira-kira hanya satu langkah saja, membuat Sabda bisa memandang wajah Jasmine lebih dekat. Meski tidak sedekat semalam, saat gadis itu terlelap di dalam pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rule #1: Don't Date Your Friend's Sister!
Roman d'amourSabda, Raka, Cakra, dan Bara punya semacam rules tak tertulis di dalam pertemanan mereka yang dibuat akibat satu masalah yang pernah terjadi dulu: Jangan pacaran dengan saudara satu sama lain. Sejauh ini sih, peraturan tersebut bukanlah sesuatu yang...