Seokjin anggaknya sedikit merasa sedih dan cemas mengenai keadaan si bungsu. Satu sisi juga dia sudah merasa cukup lega mengetahui keadaan adik kecilnya yang sudah membaik. Setelah diberi satu botol cairan infus dan bantuan bubur telur yang dihaluskan, anak itu sudah mendapatkan kembali rona merahnya.
Seokjin mengelus punggung tangan adik bungsu, ia jadi sedikit ganjil saat ia tidak lagi mendengar suara cempreng adik bungsunya yang cerewet padahal baru tiga hari dia disini. Bahkan anak itu masih kuat memukul Namjoon meski keadaannya dibilang tidak baik.
Berbicara soal Namjoon, Seokjin balik menatap adik tengahnya yang sedang asik bermain ponsel di sofa panjang disisi Ruangan. Meski terlihat malas tau dan tidak peduli, ia tau Namjoon sangat khawatir beberapa menit yang lalu.
"Apa tidak masalah jika Taehyung disini? Jika kau ingin istirahat, biar dia di pindahkan kekamarku."
Sejenak Namjoon menoleh, "Terserah hyung saja. Aku juga akan kekantor satu jam lagi, tapi jika ingin dipindahkan ya silahkan." Ujar Namjoon.
"Ku kira kau libur?" Namjoon mengangguk samar.
"Hanya sedikit urusan." Jawab Namjoon.
Seokjin mengangguk sebagai jawaban. Baru saja ingin menggendong si bungsu, anak itu menggeliat tak suka, ia protes karena terusik.
"Ayo pindah ke kamar hyung." bukan persetujuan yang di dapati Seokjin, ia malah mendapat geplakan tak bersahabat pada punggungnya. Tidak sakit, Seokjin hanya sedikit terkejut.
"Tae mau disini, hyung~" Ujarnya memelas dengan mata masih tertutup rapat. "Tae bosan di kamar Jin hyung. Kalo tidak sekarang, Namjoon hyung pelit lagi nanti." sambung anak itu. Ia tau bagaimana pelitnya Namjoon mengenai kamar. Namjoon itu paling tidak ingin kamarnya ditempati orang lain.
Seokjin menatap Namjoon meminta persetujuan. Anak itu hanya mengangguk sambil bergumam, "Biarkan saja." jadinya Taehyung kembali bergelung di bawah kasur dan selimut kakak kedua yang ia rasa nyaman sekali. Anak itu kembali pulas mengitari alam mimpinya.
Sebelum keluar dari sana, Seokjin mengusak rambut lepek milik Taehyung, menaikkan selimut sebatas dada lalu berujar, "Cepat sembuh, Lion."
.
Kim Namjoon tidak bisa memungkiri jika dirinya cukup khawatir mengenai keadaan si bungsu yang suka menjahilinya. Dia tentu saja khawatir, mengingat dirinya yang menemukan Taehyung dalam keadaan yang kurang baik. Namjoon hanya tidak bisa mengekspresikan dirinya.
Jin dan Taehyung tidak tau jika tangannya masih gemetar hingga sekarang, apalagi melihat keadaan Taehyung yang pucat pasih dan terus menggenggam erat ujung baju. Bahkan Namjoon masih bisa melihat bekas rematan adiknya dibaju yang kini ia kenakan.
Sejenak otak cerdasnya memikirkan suatu hal yang bisa membuat adiknya kembali membaik, mengetahui jika anak itu kurang tertarik dengan makanan korea, Namjoon pun bingung harus melakukan apa.
Hampir sepuluh menit hanya menatap si curut yang masih terlelap, Namjoon bangkit dari duduknya lalu mengecek pintu kamarnya. Ia menutup pintu rapat lalu keluar dari kamar menuju balkon. Handphonenya ia otak-atik sejenak lalu menelpon seseorang.
"Hallo, paman Hyungsik..."
..
Seokjin menggunakan Hoodie putihnya dan celana Jeans. Ia berjalan menuruni tangga sambil menatap ponselnya yang memperlihatkan room chatnya dengan sang ayah.
"Hyung!" Langkah si sulung berhenti tepat ditangga tengah. Ia menoleh ke atas dimana Namjoon terlihat berlari ke arahnya dengan pakaian casual. Sudah rapi dan tampan, seokjin tantu saja menyambutnya dengan senyuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier [Kim Brothers]
FanfictionTaehyung itu anak bungsu yang sangat dicintai oleh kedua orang tuanya, Seokjin hyung dan Si cuek Namjoon hyung. Anak itu memiliki watak yang sangat sangat ceria, daging yang tidak bisa tenang barang semenit saja. Anak itu juga sering membuat Cueknya...