6. Si Pemarah

3.4K 465 139
                                    

.

Kim Namjoon dan amarah bukanlah suatu perpaduan yang baik. Jika sudah marah, anak itu sangat menakutkan.

Saat ia menginjakkan kaki tepat dilantai dua, amarah Namjoon sudah mencapai ubun-ubun ketika mencium aroma kuah Ramyeon. Dia berjalan ke arah kamarnya, membuka pintu dengan segera lalu mengepalkan tangan setelahnya.

"Kim Taehyung!" Yang dipanggil menoleh, sedangkan si sepupu bantet yang baru saja terlihat ingin menyuapi beberapa urat mie yang masih mengepul pun terkejut. Namjoon masuk kedalam sana, menghempaskan secup Ramyeon tersebut dari tangan Jimin dengan marah.

"Kalau kau mau mati, jangan dikamarku!" Pekik Namjoon. Si bungsu terlihat sedikit takut. Anak itu terdiam, bahkan mengabaikan rasa panas saat kuah Ramyeon yang baru disajikan itu menghantam kulit perutnya.

"Namjoon hyung, kami—"

"Diam Park Jimin!" Jimin langsung menundukkan kepalanya lalu berdiri disebelah Namjoon. "Jangan pedulikan kami, jangan pedulikan larangan kami, tapi tolong pedulilah pada tubuhmu itu! Aku heran dengan isi kepalamu, otak seberat 1.361 gram itu isinya cuma kebodohan, lelucon atau bagaimana?!"

Namjoon tidak dapat mengontrol amarah, tidak tau jika adik bungsu yang masih lemas bertambah lemas disetiap kata-kata yang keluar.

"T-tae tidak tau berat ota—"

"Kau anggap semuanya lelucon, kau memang sangat pandai Kim Taehyung." Taehyung menunduk.

"Kau tau apa yang membuatku muak denganmu? Kelakuanmu, semua yang ada padamu membuatku muak, kau sangat keras kepala." Namjoon membuang nafasnya kasar lalu mengusak surainya.

"Sejenak aku berpikir kenapa kau tidak di Norwegia selamanya?! Kau kembali kesini membuat kami semua merasa muak!" Taehyung yang tengah duduk di atas kasur mengepalkan tangannya. Ia menatap Namjoon tajam.

"Namjoon cukup, kau membuat Jimin dan Taehyung ketakutan." Namjoon menatap kearah lain. Ia tidak ingin menatap wajah Taehyung.

Namjoon bisa mendengar langkah kaki telanjang yang menghantam marmer kamarnya setelahnya. Ia menoleh sedikit saat ditemukannya Taehyung tidak ada diatas tempat tidurnya seperti tadi.

"Hyung." Jimin si sepupu menatap Namjoon dan Seokjin. Namjoon hanya diam sedangkan Seokjin menatap adik sepupunya.

"Sebenarnya Tae tidak makan Ramyeon-nya."

Namjoon mendongak, ia menatap Jimin tidak mengerti.

"Katanya, Namjoon hyung dan Seokjin hyung melarangnya untuk makan Ramyeon beberapa hari ini. Tadi saat Namjoon hyung masuk, aku hanya menggodanya. Sudah beberapa kali aku menggodanya tapi ia hanya terus menggeleng. Dia tidak makan kok hyung." Namjoon menghela nafasnya.

Seokjin yang mengerti keadaan pun mengelus punggung Namjoon. Dia tau adiknya khawatir, hanya saja salahnya Namjoon tidak mendengar penjelasan adik bungsunya dengan seksama.

"Maafkan aku hyung, ini salahku." ujar Jimin tidak enak hati.

"Tolong tinggalkan aku sendiri." ujar Namjoon. Jimin dan Jin pun mengangguk lalu keluar dari sana.

"Kim Namjoon bodoh! Kau tidak becus menjadi seorang kakak, idiot!"

.

.

"Hyung, kurasa aku harus pulang. Besok aku akan berkunjung lagi. Selesaikanlah dulu masalah kalian, sekali lagi Aku minta maaf." ujar Jimin tepat saat mereka keluar dari kamar Namjoon. Seokjin hanya mengangguk ia mengusap surai Jimin lalu berkata, "hati-hati dijalan."

Happier [Kim Brothers]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang