.
"Kenapa lagi pucat begitu? Maag kambuh?" Namjoon bertanya dari balkon. Adiknya telentang diatas sofa dengan wajah sedikit pucat dan berkeringat.
"Mungkin." Namjoon turun dari atas.
"Makan apa?"
"Makan nasi." jawab Taehyung.
"Lalu?"
"Minum cola." Namjoon mengangguk.
"Pintar... bersoda lagi ya, Kim?" Taehyung menghela nafas. "Keinginan daging memang besar hyung." ujar Taehyung.
Anak itu sama sekali tidak bisa menahan lidahnya, jika perasaan memberi sinyal ingin makan atau minum sesuatu, maka anak ini langsung saja menjalankan perintah otaknya, tidak peduli sehat atau tidak.
"Banyak minum air sana! Ku ambil obat maag mu dulu." ujar Namjoon lalu naik ke atas. Sampai di tangga ia berhenti.
"Oh? Jungkook mana?"
"Masih di awan-awan." Namjoon mengangguk. "Selama kambuh, jangan sampai dia bangun." Taehyung mengangguk saja. Anak itu lemas karena Cola yang ia habiskan setelah diambil dari kulkas, harusnya dia sudah peka karena ulu hatinya terasa sakit beberapa menit yang lalu.
Kepalanya jadi sedikit pusing, tapi tidak separah waktu makan Ramyeon. Kali ini bisa dibilang hanya lemas dan sedikit pusing. Syukurlah Jungkook belum bangun, kalau sudah bangun ya Namjoon bingung mau memperhatikan siapa.
"Bisa duduk tidak?" Namjoon bertanya. Taehyung mengangguk. "Bisa kok." ujarnya lalu mendudukkan tubuhnya di sofa.
Namjoon membantu adik bungsunya meneguk dua sendok makan obat Maag yang disiapkan Seokjin. Ingin memukul kepala Taehyung dengan sendok tapi kasihan, sedang sakit.
"Kau ini tuli atau bagaimana? Dibilang tidak boleh makan makanan yang memicu asam lambung, kau itu keras kepala sekali."
Berbicara soal keras kepala, Taehyung memang sangat Keras kepala. Anak ini tidak bisa mendengar perkataan Kedua hyungnya.
Sudah dibilang harus jaga makan, masih saja makan sembarangan.
Masalah makan, satu minggu ini Taehyung yaa bisalah makan makanan korea. Dia baru mencicipi sushi semalam, enak sih. Hanya saja rasa ikannya masih terasa.
"Ke kamar saja." saran Namjoon. Taehyung menggeleng. "Aku disini saja dulu."
Sebenarnya Taehyung ingin kekamarnya, cuma kasihan jika Namjoon harus kambuh karena memapahnya yang saat ini masih pusing. Taehyung mau sekali memeluk Tata, boneka kecil dengan kepala Love yang diberikan Seokjin dan Namjoon saat ia berusia 5 tahun, tapi apa daya pandangannya yang tidak mendukung.
"Namjoonie!" Taehyung berbalik, ia kira Jin padahal Jungkook.
"Aku lebih dulu makan lima puluh enam ribu butir nasi dari pada dirimu, Jeong Jungkook. Panggil aku hyung!" Taehyung terkekeh saat Namjoon memekik pada adik sepupunya. Jungkook ini benar-benar.
"Aih, tidak seru kalau pakai hyung-hyung begitu. Panggil nama saja supaya keren." ujar anak itu sambil duduk di sofa.
"Keren, tidak. Kurnag ajar, iya." gumam Taehyung. Jungkook menoleh menatap Taehyung.
"Kenapa wajahnya seperti setan, hyung? Putih sekali." tanya Jungkook. Taehyung berpikir apakah ini karma yang ia dapatkan karena memanggil anak ini anak setan?
"Dia sedang sakit, jadi masih pucat." Ujar Namjoon.
"Kau siapa?" Taehyung menatap Jungkook. "Aku Taehyung, adik bungsu Namjoon hyung." Jungkook menatap Taehyung tak bersahabat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier [Kim Brothers]
FanfictionTaehyung itu anak bungsu yang sangat dicintai oleh kedua orang tuanya, Seokjin hyung dan Si cuek Namjoon hyung. Anak itu memiliki watak yang sangat sangat ceria, daging yang tidak bisa tenang barang semenit saja. Anak itu juga sering membuat Cueknya...