25. Bagaimana? (New Chapter)

589 116 17
                                    

Kemoterapi ke 3 pun berlangsung. Sejak pagi memang sang adik sudah mengatakan bagaimana ia sangat gugup mengingat akan kembali di suntikkan dengan cairan kemoterapi yang akan menunggunya siang nanti. Seluruh pengobatannya sangat melelahkan, sumpah melihat Seokjin bekerja di depannya membuat Taehyung sangat bangga pada kakak tertuanya ini.

Seokjin memang sedari kecil memiliki segudang prestasi, begitu pun Namjoon. Taehyung mengakui sekuat apa mental Seokjin menghadapi dirinya selama di rumah bahkan di rumah sakit. Kakaknya tidak jijik memegang muntahnya yang ada di lantai jika ia sedang mual luar biasa, Seokjin tidak malu mengantar adiknya masuk kamar mandi untuk buang air besar, dan masih banyak sekali hal yang Seokjin lakukan yang membuat Taehyung bangga memiliki kakak seperti Seokjin.

Terhitung sudah 2 jam Taehyung melihat Seokjin berdiri tepat di hadapannya, hanya menatap arah infus dengan seksama tanpa duduk sedikit pun. Ia hanya menatap infus sesekali menatap Taehyung, mungkin untuk melihat perubahan wajahnya.

"Hyung..."

"Ya? Sakit? Pusing? Sesak? Haus?" Taehyung menghela nafas.

"Matamu bisa lepas jika kau begitu terus. Duduklah." Seokjin menghela nafas lalu menggeleng.

"Ah tidak masalah, hyung sudah sering seperti ini.."

Taehyung menghela nafasnya. Ia menatap Seokjin lama sekali lalu tersenyum genit setelahnya. Sang kakak yang ada di hadapannya mengernyitkan dahinya.

"Kenapa?" Taehyung tersenyum.

"Setelah kemo, ingin es krim boleh?" Seokjin terkekeh, "Boleh."

Taehyung tersenyum lebar dengan usapan di surai tipisnya oleh sang ayah, mengucapkan terima kasih pada sang kakak dengan semangat luat biasa.

.

Es krim tidak jadi, Rasa mual dan muntah yang ia alami membuat Taehyung urung memakan es krim yang sudah di belikan Seokjin dan Namjoon siang tadi.

Taehyung tak tau kenapa rasa ingin menangis itu mendominasi dirinya sejak siang tadi. Rasanya tidak nyaman dengan posisi apapun, segala gerak gerik yang dibuat orang rumah rasa-rasanya sangat menjengkelkan bagi Taehyung.

Dengan tubuh tertutup selimut, Taehyung meraih posel di sampingnya dengan lemas, mendial nomor sang kakak tertua dengan segera.

"Hallo."

"Ah hyung, hikss." Baru mendengar hallo saja sudah mellow begini.

"Wae? Ada yang sakit? Hyung di dapur sedang-"

"Sakit semua, tubuhku pegal hyung." Sejenak Seokjin diam cukup lama di seberang sana.

"A-ah, tunggulah sebentar. Hyung akan meminta Namjoon Hyung untuk naik dan memijit mu untuk sejenak ya?"

Taehyung menghela nafasnya panjang lalu mematikan ponselnya. Ia kembali menarik selimutnya deng menggeliat menyamankan posisinya, meski ia tau benar jika hal itu sia-sia.

.

Seokjin meletakan kepalanya di atas kedua lengannya yang ia letakan di atas meja. Air matanya jatuh, ia frustasi luar biasa. Seokjin tidak pernah sepikiran ini menghadapi Pasien. Sejak dulu ia merupakan orang yang tau cara menempatkan diri, ia tidak akan pernah membawa pikiran tentang pasiennya ke rumah karena menurutnya masalah di rumah sakit biarlah tinggal disana. Tetapi, yang satu ini memang tidak bisa ia tinggalkan. Ini menyangkut adiknya, adik bungsunya yang telah lalai ia jaga.

Kringg~

Seokjin mengangkat ponselnya lalu melihat nama adik bungsu di sana. Ia mengusap aie matanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Happier [Kim Brothers]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang