Episode 12

311 38 18
                                    

Di pagi hari yang cerah, Tiffany menyempatkan diri untuk pergi ke panti asuhan tempat Jackson pertama kali membawa Giselle.

" Annyeonghaseyo. "

" Ne, annyeonghsaeyo, ada yang bisa kami bantu ? "

" Apa aku bisa bertemu dengan kepala yayasan dari panti asuhan ini ? "

" Oh, ne, tentu saja. Mari kami antar. "

Tentu saja semua orang akan bersikap ramah pada Tiffany, karena popularitasnya sebagai sang Queen of Penthouse yang dermawan dan bijaksana.

" Silahkan. "

" Kamsahamnida. "

Tiffany masuk ke dalam ruang kepala yayasan panti asuhan dan ia dipersilahkan duduk.

" Apa ada yang bisa kubantu, Tiffany-ssi ? "

" Uhm, aku ingin membicarakan soal anak yang pernah diasuh oleh adikku. Apa kau masih mengingat soal Giselle ? "

" Ah, Giselle. Aku mengingatnya. Apa ada sesuatu yang terjadi dengannya ? "

" Aku ingin meminta beberapa dokumen untuk memindahkan hak asuhnya. "

" Apa ada masalah yang serius sampai kau memindahkan hak asuh itu, Tiffany-ssi ? "

" Jackson sedang mengalami kesulitan, jadi dia menyerahkan Giselle padaku. Aku ingin merawatnya karena saat ini Giselle juga sedang berada di Korea. "

" Uhm, begitu rupanya. Tunggu sebentar, aku akan mencari dokumen itu. Sudah cukup lama sekali. "

" Ne, kamsahamnida. "

Tiffany tidak mengikuti permintaan Jackson, ia tidak tega jika harus mengembalikan Giselle ke panti asuhan dengan kondisi saat ini. Maka dari itu ia berpikir untuk mengambil alih hak asuh dan merawat Giselle setelah masalah ini selesai.

Tyche Palace

Di waktu liburnya, Seulgi keluar dari kamar dengan pakaian rapi dan membuat Irene menatapnya penuh tanya.

" Bukannya hari ini kau libur ? "

" Aku ingin mengambil dokumen di rumah sakit sebentar. "

Irene langsung mencurigai Seulgi, namun Seulgi memberikan senyuman terbaiknya dan pergi dari rumah. Sudah sering kali Seulgi pergi ke rumah sakit di luar jadwal, Irene tahu betul kalau Seulgi sangat menginginkan waktu libur untuk beristirahat atau menemani Yeri di rumah.

" Aku tidak bisa membiarkan dia seperti ini terus. Dia harus tahu prioritasnya. "

SIAU

Wendy sedang berbaring kursi penonton lapangan basket, tiba-tiba ia merasa cuaca menjadi teduh. Perlahan ia membuka matanya dan mendapati Yeri berdiri di sampingnya.

" Jangan berbaring di bawah matahari, nanti kulitmu terbakar. "

" . . . . "

" Ini untukmu. ", Yeri memberikan obat pereda nyeri pada Wendy.

" Kenapa kau memberi aku ini ? "

" Aku melihatmu di hukum dosen karena menggantikan hukuman Rose. "

" . . . . "

" Maafkan aku, ini semua salahku karena ribut dengan tunanganmu dan teman-temannya. "

" Ini bukan salahmu. "

Setelah memberikan obat pereda nyeri, Yeri langsung pergi, bergantian dengan Winter yang menghampiri Wendy dengan kesal.

" Wae ? Kau terluka ? Apa dosen itu menyiksamu ? Aku bersumpah tidak akan memaafkannya! "

Tyche PalaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang