Tidak Ada Orang Yang Hidup Dengan Kesempurnaan
..
.
Samar-samar Prima mendengar suara gaduh yang berasal dari luar kamar. Matanya mengerjap pelan lalu melenguh. Meregangkan tubuhnya, ia pun membuka mata dan menyadari tidak ada Kencana di sebelahnya.
Segera ia bangun lalu mencari karet gelang untuk mengikat asal rambutnya.
Secepatnya keluar dari kamar dan ia bisa mendengar suara dari lantai bawah dengan jelas.
"Anak sialan! Kalau kamu mau cari perhatian Papi jangan seperti ini!! Pokoknya kamu harus berhenti dari kuliah kamu! Mau jadi apa kamu kuliah ambil jurusan ilmu komputer?!!!"
Prima tersentak, kakinya tidak sanggup berjalan lagi untuk turun ke bawah. Ia hanya mampu mengintip dari atas meski takut karena berada di atas ketinggian, tapi ia menahan diri sekuat mungkin karena ingin melihat dua orang beda usia tersebut yang saling bersitegang.
"Aku sudah semester enam!!" balas Kencana muak. Tatapannya berani pada Papinya.
"Jadi kamu ngelawan Papi?!" tanya Papinya meremehkan. Lalu tertawa sinis. Kemudian mendorong dada Kencana hingga Kencana mundur. Beberapa kali melakukan hal tersebut hingga Kencana terpojok. "Kamu masih minta uang ke Papi, jadi jangan ngelunjak kamu!"
Terakhir Papi mendorong kening Kencana kuat.
Kencana hanya diam. Tatapannya semakin dingin. Matanya memerah entah menahan tangis atau amarah. Kedua tangannya terkepal di sisi pahanya. Menahan dirinya untuk tidak meledak.
Papi berkacak pinggang sembari menghela nafas pelan, membuang pandangan sejenak lalu menatap putranya itu. "Berhenti kuliah di jurusan itu dan masuk jurusan FEB."
Mereka dari keluarga pebisnis. Apalagi Kencana calon pewaris tunggal.
Sungguh, Papi menyesal karena tidak memaksa Kencana untuk kuliah di luar negeri. Di universitas terbaik di dunia.
Percaya pada Kencana karena merasa sudah dewasa. Dapat diandalkan.
Tapi, apa yang ia dapat.
Selama hampir tiga tahun ini, ia dibohongi. Tidak tau sama sekali jika Kencana tidak mengambil jurusan FEB. Malah masuk di jurusan ilmu komputer. Mau jadi apa anaknya itu?
Kalau saja kemarin tidak ada pertemuan keluarga, ia tidak akan tau hal ini.
"Kalau aku bilang enggak, berarti enggak! Walaupun aku baru masuk jurusan itu, aku tetep gak mau keluar! Apalagi sekarang aku udah semester enam!" ujar Kencana datar.
Membuat Papi semakin emosi dan tanpa kata menendang perut Kencana hingga Kencana jatuh terduduk dan terbatuk-batuk.
Prima menutup mulutnya, menahan pekikan. Rasanya ia ingin turun dan menghentikannya, tapi ia takut nanti Kencana marah karena ia ikut campur urusan pria itu dengan sang Papi.
"Kurang ajar kamu!! Papi kasih kamu kepercayaan, tapi ini balasan kamu?!! Kamu mau jadi apa?!! Dasar anak setan!!" Papi pun melayangkan beberapa kali tendangan pada tubuh Kencana. Hingga Kencana meringkuk, melindungi kepalanya.
Dan saat dadanya terkenda tendangan, Kencana tidak tahan lagi. Ia pun menehan kaki Papi lalu mendorongnya hingga Papi hampir saja terjatuh.
Segera ia berdiri, seluruh tubuhnya terasa remuk, pun wajahnya kini lecet akibat tendangan Papi.
"Gak usah sok kasih aku kepercayaan!! Aku gak butuh!! Karena Papi emang gak peduli sama aku!! Jangan jadikan kepercayaan alasan Papi yang gak peduli sama aku!!" Urat leher Kencana menonjol pun urat di pelipisnya. Wajahnya mengetat memerah karena emosi yang meledak.
KAMU SEDANG MEMBACA
GORGONIZE
General Fiction[series5] #PROJECT 3 __________ ⚠️21+ GORGONIZE : "Efek yang membuat tergila-gila dan bertekuk lutut pada seseorang". __________ Copyright ©2021, NanasManis start [17/5/21] end [12/6/21]