10

6K 384 26
                                    

Apa Yang Mereka Perlihatkan Belum Tentu Benar
.

.

.

Restoran Prancis menjadi tempat sarapan Kencana dan Adalyn. Keduanya menikmati sarapan masing-masing.

Kencana menikmati soupe a l'oignon. Sup dengan potongan daging ayam dan parutan keju gruyère. Kencana menikmatinya dengan potongan roti baguette.

Sementara Adalyn menikmati salad nicoise yang terdiri dari ikan tuna, kacang panjang, irisan tomat, telur rebus, potongan kentang, dan buah zaitun.

Tatapan Adalyn tidak putus dari Kencana. Makan dengan anggun. Jari-jari lentiknya memegang sendok untuk menikmati salad-nya.

"I know, I'm handsome. Don't look at me like that," ujar Kencana dingin tanpa menatap Adalyn. Sibuk fokus dengan sarapannya.

Mendengus sinis, Adalyn meletakkan sendok lalu meneguk air. Kemudian melipat kedua tangannya di tepi meja. Tatapannya dingin menghunus Kencana. "Baiklah Tuan Tampan. Aku ingin bicara."

Kali ini Kencana menegakkan kepala. Menatap Adalyn tak kalah dingin.

Meski mereka berteman dari kecil, tapi sikap dingin keduanya tidak berubah. Apalagi setelah pertunangan dadakan.

"Aku habisin makanananku dulu."

"Nanti aja, Ken! Karena aku tau setelah kamu makan, kamu bakal pergi lagi, kan?" sela Adalyn sinis membuat Kencana menghela nafas kasar. Meletakkan garpu dan sendoknya. Lalu meneguk air.

"Mau ngomong apa?"

"Karena sekarang kita tunangan, aku mau kamu buang budak cintamu itu!" sinis Adalyn tidak lupa dengan senyuman sinisnya.

Alis Kencana terangkat satu, lalu menyunggingkan senyuman sinis. Mencondongkan tubuhnya ke depan hingga menyentuh tepi meja. Menatap lurus Adalyn. "Are you jealous, Miss?"

Adalyn tersenyum sinis menyandarkan punggung di sandaran kursi. Bersidekap menatap datar Kencana. "Aku cuma gak mau nantinya orang-orang tau kalau kamu punya budak cinta, sementara aku menyandang status tunangan kamu. Bukan cuma nama keluarga kamu yang rusak, Ken. Tapi, nama keluargaku juga."

Kali ini Kencana yang tertawa sinis. "Oh iya? Sejak kapan Adalyn Katrina Biarwan mementingkan nama keluarganya?"

Tatapan Adalyn semakin dingin menghunus Kencana. Tangannya pun berhenti bersidekap. Mengepal kuat di atas pahanya.

Kencana kembali meneguk airnya. Lalu berdiri. "Aku rasa sarapan kita berdua sampai di sini. Seperti yang Mama kamu minta, kan?"

Lalu Kencana berdiri di sebelah meja, membungkuk hingga bibirnya di telinga Adalyn. "Aku gak bakal pernah lepasin budak cintaku sampai kamu ngaku yang sebenarnya."

Kemudian mengecup pipi Adalyn membuat wanita itu tersentak dan semakin menghunuskan tatapan tajam padanya.

"Oke. See you later. Telpon aku jam berapa kamu mau di antar ke bandara."

Setelahnya Kencana melenggang pergi meninggalkan Adalyn yang meremas kuat gaun midi bagian paha yang ia kenakan saat ini. Seakan itu wajah sok keren Kencana.

Ah orang-orang yang mengetahui dan melihat keduanya akan mengira mereka adalah teman kecil atau sahabat yang begitu menyenangkan. Tapi, nyatanya mereka seperti ini.

Saling sinis dan sarkas satu sama lain. Bersikap dingin satu sama lain jika hanya ada mereka berdua.

Keduanya seakan memasang topeng jika ada orang yang melihat mereka. Berinteraksi begitu akrab, namun nyatanya tidak seperti itu.

GORGONIZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang