23

3.8K 293 33
                                    

Hancur Tak Tersisa
.

.

.

Sejak malam saat melayani Kencana dan Chan, Prima mengurung diri di apartemen. Tak sekalipun beranjak keluar dari kamar. Mengabaikan perutnya yang keroncongan karena lapar.

Raganya memang berada di kamar tersebut. Tapi, raga itu terlihat tak berjiwa.

Prima sangat syok. Sakit hati tentunya.

Tidak menyangka Kencana memperlakukannya seperti wanita bayaran. Pun pria itu sama sekali tidak peduli apa yang ia rasakan.

Perasaannya yang hancur berkeping-keping.

Tak sedikit pun Kencana menampakkan diri sejak saat itu. Tidak menghubunginya. Bahkan ia ditinggalkan sendirian di kamar saat malam itu.

Membuat dirinya merasa seperti orang yang baru saja telah diperkosa. Linglung.

Ah dia memang diperkosa. Prima tidak menikmatinya.

Tangannya yang terkepal, menghantam dadanya yang terasa sesak karena nyeri. Merasa ada luka di dalam sana yang membuatnya merasa sangat sakit.

Memegang kepalanya yang terasa sakit lalu menangis menjerit-jerit. Suara tangisnya nyaring di dalam kamar tersebut.

Bahkan tubuhnya gemetar akibat tangisannya.

Mencengkeram rambutnya. Ingin agar rasa sakit di kepalanya berhenti.

Padahal yang sakit adalah perasaannya.

Perasaannya yang hancur lebur.

Prima memeluk dirinya sendiri. Tangisnya tidak sekencang tadi. Meringkuk seorang diri.

Ya dia sendirian....

Sendirian merasakan sakit tersebut.

Ia sangat mencintai Kencana. Melakukan apapun untuk pria itu.

Prima bukan menuntut. Ia melukan segalanya untuk Kencana dengan hati yang ikhlas. Hanya saja kenapa Kencana membalasnya seperti ini?

Apa benar pria itu mencintainya?

Prima menangis tergugu, menatap dirinya di pantulan cermin. Sangat menyedihkan.

Prima memang menyedihkan.

》》《《

Tatapan Prima kosong sembari memakan roti untuk mengisi perutnya yang kosong. Akhirnya ia keluar dari kamar karena tidak tahan dengan perutnya yang nyeri akibat lapar.

Suara tapak kaki membuat gerakan bibirnya mengunyah berhenti. Menoleh menatap sosok yang berdiri tidak jauh darinya.

Prima merasa tubuhnya meremang karena takut. Was-was menatap Chan yang melangkah mendekatinya. "Hai Prim!"

"Lo-Lo ngapain di sini?" Prima memasang gestur siaga. Turun dari kursi.

"Nyari Ken. Ada gak?" Chan mengabaikan Prima yang terlihat takut.

Prima menggeleng pelan. Merasa sedikit lega karena Chan tidak mendekat. Mengernyit heran karena Chan bisa masuk ke apartemen ini.

Apa pria itu memiliki kartus akses?

"Lo-Lo mending keluar. Ken gak ada di sini," ujar Prima. Hendak berlari, tapi lengannya dicekal.

"Lapasin gue!" Prima berontak.

"Hei Prim! Tenang dulu!"

"Lepasin gue sialan!" teriak Prima seraya melepaskan diri dari Chan yang kini memeluknya dari belakang.

GORGONIZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang