08

5.8K 459 31
                                    

Sakitnya Luar Biasa Sakit
.

.

.

Biasanya jika hari Sabtu maka Prima menghabiskan waktunya seharian di apartemen bersama Kencana. Namun, sejak semalam Kencana tidak ada di apartemen. Katanya menginap di rumah orang tua pria itu.

Sangat jarang terjadi.

Karena sejak Prima hidup seatap dengan Kencana, Kencana tidak pernah menginap di rumah orang tuanya.

Mungkin saja aksi Kencana menginap di sana agar Kencana tidak dipaksa lagi untuk berhenti kuliah di jurusan ilmu komputer.

Prima heran.

Kenapa Papi Kencana menentang pilihan Kencana?

Jurusan ilmu komputer masa depannya tetap cerah kan. Kalau tidak bisa meneruskan bisnis usaha, Kencana bisa membuka bisnis baru yang menyangkut dunia ilmu komputer. 

Apa karena Kencana satu-satunya anak laki-laki dan merupakan calon pewaris?

Wah!

Berarti Prima calon nyonya dong.

Memikirkan hal itu membuat Prima tersenyum geli.

Menjadi kekasih Kencana saja ia bahagia sekali, apalagi menjadi istri Kencana dan menjadi ibu dari anak-anak Kencana...

Seketika senyum Prima pudar.

Tangannya terulur menyentuh perutnya.

Menghembusnkan nafas pelan, ia segera berdiri. Keluar dari kamar untuk membuat sarapan.

Karena perutnya sakit.

Uh antara lapar dan efek datang bulan mungkin.

Perutnya seperti dililit.

Sebenarnya dari kemarin, saat ia mengalami datang bulan perutnya sakit seperti ini, tapi ia abaikan karena merasa namanya juga datang bulan pasti nyeri haid biasa terjadi.

Yang tidak biasa karena sudah lima bulan berturut-turut Prima merasakan hal tersebut ketika datang bulan.

Apa wajar?

Menghembuskan nafas pelan, ia mengurungkan niat untuk sarapan. Lebih memilih bergelung di atas tempat tidur.

Tangannya terulur untuk meraih ponselnya. Menghubungi Kencana.

Walau belum genap sehari tapi ia sudah merindukan kekasihnya itu.

Namun, ponsel Kencana tidak aktif. Sudah pasti kekasihnya itu belum bangun.

Jadi, Prima menghubungi Kirana. Karena demi apapun! Perut Prima sakit sekali. Biasanya ia bisa tahan, namun kali ini entah kenapa ia merasa lemah.

Oh mungkin karena tidak ada Kencana di sisinya. Karena memang Kencana adalah penyemangatnya. Ah biarlah dikatai berlebihan Prima tidak peduli.

Setelah menghubungi Kirana, temannya itu langsung bersedia datang.

Tidak berapa lama Kirana telah tiba. Ia juga sudah pindah di ruang tengah. Duduk tenang di sofa panjang. Memperhatikan Kirana yang menyiapkan bubur ayam serta kompres hangat untuk perutnya.

"Angkat baju, Prim," titah Kirana yang langsung dilakukan Kirana, lalu ia menempelkan handuk hangat di perut Prima.

"Kamu makan dulu, ya? Abis itu minum obat. Aku udah beli nih." Bahkan Kirana hendak menyuapnya membuat Prima tertawa.

GORGONIZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang