35

5.5K 334 85
                                    

Pengakuan
.

.

.

Adalyn melempar kasar cincin dari genggaman tangannya.

Wanita yang biasanya tampil rapi dan memukau itu, kini terlihat berantakan. Sangat menyedihkan.

Sedari kemarin emosinya tidak stabil. Tidak bisa menenangkan dirinya sendiri hingga barang-barang di kamarnya menjadi pelampiasan.

Tidak tau harus melampiaskan emosinya pada apa hingga kamarnya kini bagai kapal pecah.

Dengan tergesa-gesa ia kembali mencari cincin yang ia lempar tadi. Mencari di antara tumpukan barang-barang yang berserakan di lantai kamarnya.

Mulai berteriak, mengamuk karena tak kunjung menemukannya.

Hingga ia menemukan cincin tersebut. Lalu menggenggamnya erat seakan takut cincin itu jatuh dan kembali hilang.

Mulai berdiri, masuk ke kamar mandi. Menatap dirinya di pantulan kaca.

Sangat buruk, batinnya sendu. Wajahnya yang selalu terlihat cantik kini sembab akibat air mata. Kedua matanya yang sering dihiasi eyeshadow juga sembab. Kedua matanya berkaca-kaca dan memerah. Menahan emosi dan air mata agar tidak keluar.

Bibirnya yang biasa terpoles lipstik cantik, kini menjadi pucat dan kering.

Pakaiannya yang selalu modis, kini berubah menjadi lusuh dan berantakan.

Adalyn melempar botol sabun ke kaca di hadapannya penuh emosi sehingga kaca tersebut retak.

"Ken sialan!!!" teriaknya.

Pria itu benar-benar mampu mengacaukan dirinya. Membuatnya tidak bisa mengontrol emosi sehingga ia tidak tenang. Tidak bisa tidur nyenyak.

Saat Oma meninggal sebelum melihat dirinya menikah dengan Kencana membuatnya sangat terpukul. Merasa begitu sendirian karena tidak ada lagi Oma. Meski masih memiliki Mama, tapi Mamanya tetap tidak peduli padanya. Mamanya tetap peduli pada harta.

Adalyn yang merasa sendirian, sedikit terhibur dengan kehadiran Kencana.

Pria itu....

Ia mengira Kencana benar-benar memutuskam pertunangan mereka. Seperti halnya yang dikatakan pria itu.

Meski tidak ada kalimat penenang dan ekspresi pria itu tetap datar, tapi Adalyn cukup tau jika Kencana berusaha menguatkannya dengan adanya pria itu di sisinya setelah kehilangan Oma.

Mengenal dari kecil. Mami Kencana dan Papa Adalyn adalah dua orang bersahabat.

Seperti anak kecil kebanyakan, mereka selalu bertengkar jika bertemu, tapi akan mencari satu sama lain jika tidak bertemu.

Usia Adalyn saat itu sepuluh tahun ketika Papanya meninggal. Mamanya sama sekali tidak berada di sisinya. Tidak peduli padanya yang sangat kehilangan sosok Papa. Mamanya hanya mengurus soal harta yang ditinggalkan Papa. Ingin menguasai harta tersebut.

Hanya Mami Kencana yang peduli pada dan juga Oma. Mami Kencana sering mengajaknya keluar bersama dengan Kencana.

Dan sejak itu mereka tidak lagi bertengkar. Adalyn yang dulunya jahil suka mengganggu Kencana menjadi pendiam. Begitu dingin. Meski Kencana mengajaknya bermain. Hingga Kencana jengah. Pun bersikap begitu dingin.
Mereka tidak pernah lagi bertegur sapa jika bertemu pun tidak lagi bermain bersama. Hingga merasa mereka bukan lagi teman ataupun sahabat. Mereka adalah musuh 

GORGONIZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang