34

4.5K 260 31
                                    

Berlarut Dalam Kesedihan Tidak Akan Mengubah Apapun
.

.

.

Sepuluh bulan yang lalu.

Masih jelas dalam ingatan Prima. Bahkan walau bertahun-tahun berlalu, ia tidak akan pernah melupakan kejadian yang ingin ia lupakan. Tapi, sepertinya tidak bisa.

Tuhan menghukumnya untuk tidak bisa melupakan kejadian tersebut agar ia bisa mengingat dosanya.

Membunuh.

Prima telah membunuh.

Membunuh janinnya sendiri.

Kalau keguguran, mungkin saja Prima tidak akan merasa bersalah seperti ini. Tapi ini.....

......ia telah melakukan aborsi yang meregang nyawa janin berumur empat bulan tersebut.

Masih segar dalam ingatan Prima. Rasa sakitnya saat melakukan aborsi yang membuatnya merasa kehilangan nyawa saat itu juga.

Sebenarnya....

Sebenarnya Prima enggan melakukan hal tersebut. Enggan membunuh janin tidak berdosa itu. Enggan pergi ke tempat praktik ilegal tersebut. Enggan...

Namun, ini semua kemauan Kencana.

Pria itu. Setelah mengetahui kehamilannya menyuruhnya untuk aborsi. Katanya karena mereka masih begitu muda dan Kencana enggan menikah muda.

Apapun yang dititahkan Kencana, Prima tidak bisa menolaknya, bukan?

Akhirnya Prima setuju melakukan aborsi. Meski begitu berat.

Dan Tuhan semakin memberinya hukuman dengan pengangkatan rahimnya.

Rasanya Prima sangat-sangat menyesal melakukan aborsi itu.

Karena terjadi infeksi pada rahimnya akibat aborsi tersebut. Itulah yang membuatnya sering mengalami nyeri haid yang sangat sakit jika datang bulan serta banyaknya darah yang keluar.

Jika dibiarkan, rahim Prima akan semakin rusak dan bisa berdampak pada kesehatan Prima.

Akhirnya Prima menyetujui rahimnya diangkat.

Atau lebih tepatnya Kencana yang memutuskan.

Karena sejak diberitahu apa yang terjadi padanya membuatnya hanya diam bagaikan patung. Tidak mengeluarkan sepatah kata.

Astaga!

Usia Prima masih dua puluh satu tahun dan ia telah kehilangan rahimnya.

Prima....

Tidak bisa memiliki anak lagi.

Lalu bagaimana nantinya jika Kencana meninggalkannya karena ia tidak bisa memiliki anak?

Bagaimana....

Prima tidak bisa menahan desakan air matanya. Luruh begitu saja. Kembali menangis tanpa suara yang membuat dadanya semakin sesak.

"Prim..."

Panggilan tersebut membuat tatatapannya mengarah ke pintu.
Tangisnya pun semakin pecah. Kini bersuara.

Segera Kirana menghambur, memeluk tubuhnya. Mengucapkan kalimat menenangkan dengan suara yang begitu lembut.

Hampir sejam mereka tidak merubah posisi mereka. Keduanya juga sudah terdiam.

Kirana tidak lagi menenangkan Prima. Pun Prima tidak menangis lagi.

"Prim udah tenang?" tanya Kirana lembut seraya meregangkan pelukan mereka. Lalu menyeka air mata Prima.

GORGONIZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang