18

4.3K 303 39
                                    

Tak Ingin Digantikan!!!
.

.

.

Entah sudah berapa lama Prima berendam dalam bathtub. Meski kulitnya sudah mengkerut, ia belum juga keluar dari sana. Tatapannya begitu kosong. Mata memerah karena kurang tidur dan menangis tanpa henti. Wajahnya pun sembab akibat menangis.

Pintu kamar mandi terbuka pun tak mengalihkan perhatiannya. Tetap pada posisinya. Tak melirik Kencana yang masuk ke shower box. Mandi sembari memperhatikan dirinya.

Usai mandi, Kencana menarik handuk, kembali menatap Prima. "Sampai kapan lo mau berendam? Cepat keluar dari sana!" ujarnya dingin, lalu melangkah ke arah pintu untuk keluar dari sana.

Merasakan tidak ada pergerakan dari Prima membuat Kencana kembali menoleh. "Prim!" desisnya agak kesal dengan Prima yang tidak mengikuti titahnya.

Dengan pelan, kepala Prima berpaling ke arah Kencana. "Kenapa kamu lakuin ini, Ken?" ujarnya lirih. "Kenapa?!!" Lalu suaranya berubah keras. Serak dan hampir hilang suara Prima.

"Kalau emang kamu butuh 'itu', aku bisa... bisa Ken. Ke-kenapa kamu minta ke cewek lain? Kenapa?" Suara Prima hampir hilang, namun ia tetap memaksakan diri bicara. Menatap berkaca-kaca.

"Lo sakit! Emang lo sanggup?" tanya Kencana datar. 

Mendengar tangisan Prima lagi, Kencana berdecak pelan, membuang nafas kasar lalu mendekat ke arah Prima yang kini menunduk sembari memeluk kedua lututnya yang tertekuk.

Tangannya terulur untuk menjempit dagu Prima, mendongakkan kepala wanita itu agar menatapnya. "Berhenti nangis! Lo mau dipukul?"

Prima menggeleng pelan. Takut dengan ekspresi Kencana yang begitu gelap.

Kenapa Kencana berubah menjadi pria kasar?

Prima tak suka.

Prima lebih suka Kencana yang dingin, bukan Kencana yang sekarang yang berlaku kasar padanya. Tanpa perasaan melukai fisik dan batinnya.

"A-aku... aku mau Niki pergi dari sini, Ken. Kamu... kamu jangan lakuin 'itu' lagi dengan Niki ataupun dengan perempuan lain. A-aku bisa kok. Aku udah sembuh," ujar Prima terbata-bata dengan memelas. Tidak ingin Kencana melakukan hubungan badan dengan wanita lain. Hanya pada dirinya.

Prima tidak akan mengamuk berkoar-koar menyalahkan Kencana yang selingkuh hingga pria itu meminta maaf.

Malah ia menyalahkan dirinya karena sakit sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan biologis Kencana.

"Kamu... jangan berteman lagi dengan dia. Ya, Ken?" Dengan tangannya yang gemetar karena kedinginan Prima menggenggam tangan Kencana. Sangat memelas. Memohon pada Kencana agar tidak berteman lagi dengan Niki.

Kencana melepaskan tangannya dari Prima lalu menarik wanita itu berdiri. Meraih bathrobe lalu menutupi tubuh telanjang Prima.

Sembari mengikat tali bathrobe di pinggang Prima, tatapan tajamnya tertuju pada Prima yang sesenggukan karena menahan tangis. "Gue gak bisa," ujarnya dingin.

"Ken, please!"

Kencana menghela nafas panjang, membuang pandangannya sejenak lalu kembali menatap Prima. "Selain Niki temen gue, dia juga bantuin gue beli 'barang'."

Kening Prima mengkerut tidak mengerti maksud 'barang' tersebut.

Kencana yang tau Prima tidak mengerti pun menejelaskan. "Linting ganja."

GORGONIZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang