Lebih Unggul Darinya. Prima Tidak Terima.
..
.
Prima masih saja menangis. Kali ini sesenggukan karena memikirkan nasibnya. Mengingat beberapa tahun lalu ketika ia bertanya pada Kencana apakah mereka pacaran dan Kencana hanya berdehem saat menjawabnya.
Karena bahagia menguasainya saat itu sehingga ia tidak mendesak Kencana agar Kencana bicara jelas. Apakah pria itu bersungguh-sungguh atau tidak?
Pintu kamar mandi terbuka membuatnya menatap ke arah sana. Kencana telah selesai mandi, rambutnya pun setengah basah dan telah selesai memakai pakaian santai. Menatapnya jengah karena ia belum berhenti menangis.
Segera ia berdiri mengabaikan rasa sakit perutnya yang melilit. Saat berdiri ia merasakan banyaknya darah keluar dari inti tubuhnya.
Ah siall
Datang bulan sialan! makinya dalam hati.
"Ken, kita pacaran, kan?!" desak Prima ingin menghapus pikiran buruknya saat ini yang membuatnya sesak.
Kencana tidak langsung menjawabnya, hanya menatapnya dengan pandangan dingin. "Iya."
Senyum Prima kembali merekah. Secepatnya ia menyeka air matanya.
Penampilan Prima saat ini benar-benar kacau. Rambutnya kusut, wajahnya sembab, mata memerah dan bengkak akibat menangis terlalu lama.
Namun, senyuman Prima luntur saat melihat cincin di jari manis Kencana saat pria itu menyugar rambut ke belakang.
"Ken, kamu dan Adalyn tunangan... te-terus kita gimana?" Perasaan Prima kembali mendung. Ia rasanya ingin menangis lagi. Cemas dan takut Kencana akan meninggalkannya.
Kencana kembali menatapnya. Masih dengan pandangan dingin. "Ya gini. Lo mau apa? Putus?"
Dengan cepat Prima menggeleng.
Putus dari Kencana sama saja Prima kehilangan nyawa.
Perjuangannya selama ini sia-sia kalau ia dan Kencana putus saat ini.
"Ya udah. Lo gak usah nangis."
Kalau saja perkataan Kencana bernada lembut dan penuh perhatian, Prima akan melupakan rasa sakitnya. Tapi, tetap saja pria itu berujar tanpa nada.
Kencana melangkah melewatinya, ke arah ranjang. Ia mengikuti lalu memegang lengan Kencana membuat pria itu urung naik ke ranjang.
"Te-terus kamu sama Adalyn gimana? Putusin pertunangan kalian?"
"Gak," jawab Kencana malas lalu melepas tangan Prima dari lengannya. Kencana naik ke tempat tidur.
"Ken..." Prima menggigit bibir bawahnya cemas. Meremas baju terusan yang di pakainya menatap sedih Kencana. "Jadi, kamu tetep jadi tunangan Adalyn dan jadi pacarku?"
Mata Prima kembali memanas.
Apa-apaan ini?!!
Prima enggan diduakan. Apalagi status Adalyn lebih unggul darinya.
Prima hanyalah seorang kekasih, sedangkan Adalyn seorang tunangan.
Kalau dari sudut pandang orang lain pasti ia di cap sebagai selingkuhan, simpanan atau bahkan perebut.Padahal nyatanya, Adalyn yang perebut. Merebut kekasihnya.
"Ken! Aku gak mau diduain, apalagi tunangan kamu itu Adalyn! Kenapa kamu tunangan sama dia padahal aku yang pacar kamu, Ken?! Ke..."
KAMU SEDANG MEMBACA
GORGONIZE
General Fiction[series5] #PROJECT 3 __________ ⚠️21+ GORGONIZE : "Efek yang membuat tergila-gila dan bertekuk lutut pada seseorang". __________ Copyright ©2021, NanasManis start [17/5/21] end [12/6/21]