26

4.2K 303 47
                                    

Jadi Semuanya Hanya Sia-Sia
.

.

.

Keadaan terbalik. Malik segera melayangkan pukulan pada pipi Kencana membuat pria itu oleng. Penonton semakin ribut.

Mengerahkan semua tenaganya, Malik melayangkan kakinya ke arah lipatan lutut Kencana. Menendang keras hingga pria itu jatuh ke depan.

"Bangun lo sialan!" Malik meludah. Mengeluarkan sedikit darah yang tercampur dengan salivanya.

Tatapan Kencana kini dingin, siap menyerang Malik, tapi dengan sigap Malik menghindar lalu menendang punggung Kencana hingga pria itu tersungkur ke depan.

Pendukung Kencana terkejut, tidak menyangka pria itu dapat dijatuhkan. Apalagi saat si penantang menendang kepala Kencana hingga tubuh Kencana semakin terperosok.

Malik membalikkan tubuh Kencana menjadi terlentang, lalu memukul habis-habisan Kencana.

Kini wajah Kencana menjadi babak belur. Tapi, pria itu masih sanggup melawan. Membenturkan kepala ke kepala Malik hingga Malik sedikit oleng. Membuatnya mengambil kesempatan lepas sejenak dari Malik.

Kepalanya pusing, penglihatannya berkunang-kunang. Banyak darah yang memenuhi wajahnya serta ia merasa rahangnya robek dan sudut bibirnya.

Belum sempat ia menghindar, Malik berhasil kembali melumpuhkannya. Menendang rahangnya hingga ia berpaling lalu kembali terjatuh.

Pria itu pun kembali menghajarnya habis-habisan. Tanpa ampun. "Mati lo! Mati lo! Bajingan!!" teriak Malik bagai orang kesurupan, meski Kencana tidak lagi melawan, tapi pria itu tetap melayangkan tinjunya membuat wasit dan beberapa orang menghentikannya.

Nafas Malik tersengal, ia melepaskan orang-orang yang menahan dirinya. Melepaskan dua sarung tangan dari kedua tangannya. Menatap tajam Kencana yang mengerang ketika dibantu naik ke tandu.

Meski belum sepenuhnya puas, tapi ia merasa sangat lega karena akhirnya bisa memukul pria itu habis-habisan.

Salah satu tangannya diangkat ke atas. Wasit menobatkan dirinya menjadi pemenang. Suara penonton semakin menggemuruh.

Malik menarik tangannya turun. Lalu beranjak dari arena. Mengabaikan orang-orang yang memberinya selamat dan orang yang mengajaknya untuk memberinya hadiah.

Malik tidak butuh hadiah itu. Ia mendaftar menjadi penantang Kencana hanya karena ingin mengahajar pria itu.

Langkah Malik berhenti saat menyadari sosok Prima yang menatapnya nanar dengan pandangan berkaca-kaca. Malik melotot. Mengejar Prima yang beranjak.

Pun Kirana yang menemani Prima ke tempat ini mengejar keduanya.

"Prim! Prim!" Malik berhasil menggapai lengan Prima. Saat ini mereka berada di lorong gedung tersebut. Tempatnya sepi.

"Kenapa kamu lakuin itu?!" sentak Prima mendorong dada Malik. Melepaskan cekalan tangan Malik. "Kamu mau bunuh Ken?!" teriaknya. Marah, sedih dan kecewa atas apa yang dilakukan Malik. Tidak menyangka jika Malik memiliki niat melenyapkan Kencana. Melihat Malik bagaimana nafsunya yang memukul Kencana. Bahkan saat Kencana tidak berdaya, pria itu tetap memukulnya.

"Aku lakuin itu demi kamu! Aku balas..."

"Aku gak minta!!" sela Prima berteriak. Membalas teriakan Malik. Kedua matanya yang berkaca-kaca melotot. "Aku gak minta kamu balas Ken!" ujar Prima tegas. Lalu memukul dada Malik secara bertubi-tubu. Pukulan yang tidak ada artinya bagi Malik.

GORGONIZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang