Ciuman
.
.
.
Prima duduk di ruang tengah, menunggu kedatangan Malik. Sudah tengah malam, tapi pria itu belum kembali. Padahal hanya mengembalikan mobil Marina.
Sudah menelepon dan mengirim chat beberapa kali, tapi tidak ada balasan sama sekali membuatnya cemas.
Hanya sendirian di apartemen tersebut karena seperti biasa Kirana dilarang keluar ke manapun, kecuali ke kampus.
Menghembuskan nafas kasar, ia hendak ke dapur untuk mengambil air, tapi suara pintu terbuka mengurungkan niatnya untuk minum.
Kedua kakinya melangkah ke arah pintu. Di sana berdiri Malik yang menatapnya dengan pandangan terkejut.
Pun ia terkejut melihat keadaan Malik yang berantakan. Pelipisnya terluka.
"Kok belum tidur?" tanya pria itu seraya menghampirinya.
"Ini kenapa?" Tangan Prima naik menunjuk luka di pelipis Malik. Mengabaikan pertanyaan pria itu.
"Luka," jawab Malik pendek. Melewati tubuh Prima.
Wanita itu mengekor hingga ke ruang tengah. Lalu beranjak ke dapur.
Tatapan Malik mengikuti Prima. Wanita itu mengambil segelas air, lalu menaruh di atas meja di hadapannya. Kemudian ke laci bawah televisi. Mengambil kotak obat dari sana.
Lalu duduk di sebelahnya, mulai berkutat dengan kotak obat. Mengobati pelipisnya yang terluka akibat pukulan Kencana. Pun punggung tangannya terluka karena memukul Kencana.
Tatapannya sedari tadi tidak putus dari Prima yang mengusap punggung tangannya menggunakan kapas yang sudah diberi obat merah. Sangat pelan.
"Aku abis barantem dengan Ken,..." sahut Malik pelan. Menunggu reaksi Prima. Karena pernah menghajar Kencana hingga pria itu masuk rumah sakit. Berakhir Prima marah padanya. Apakah wanita itu juga akan marah kali ini?
Prima hanya diam, hanya berhenti sejenak menggerakann tangannya, lalu lanjut. Mengambil plester luka kemudian menempelkan di punggung tangannya.
"Aku bikin dia bonyok." Prima masih diam. Tidak mengacuhkan. Kini sibuk membereskan peralatan kotak obat di hadapannya. "Kamu marah Prim?" Malik mencekal pergelangan tangan Prima saat wanita itu hendak berdiri.
Kini membalas tatapannya. Lalu menggeleng. "Bukan urusanku," ujarnya pelan.
Entah Malik merasa lega atau cemas. Karena tidak tau apakah Prima berbohong atau tidak.
Tapi, melihat reaksi sendu Prima membuatnya ikut bersedih. Biasanya Prima akan marah jika ia ikut campur dengan hubungan wanita itu dan Kencana.
Kedua tangan Malik menangkup wajah Prim. Mengusap pelan pipi Prima menggunakan jempolnya. Mengunci tatapan wanita itu.
"Kamu gak mau tau kondisi dia?"
Prima menggeleng pelan. Lalu berbisik lirih, "Bukan urusanku."
Keduanya terdiam beberapa saat dengan posisi yang sama. Hanya saling bertatapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GORGONIZE
General Fiction[series5] #PROJECT 3 __________ ⚠️21+ GORGONIZE : "Efek yang membuat tergila-gila dan bertekuk lutut pada seseorang". __________ Copyright ©2021, NanasManis start [17/5/21] end [12/6/21]