15

5.2K 366 23
                                    

Tidak Butuh Permintaan Maaf. Hanya Butuh Semuanya Kembali Seperti Semula
.

.

.

Pipi, pelipis, mata kiri dan sudut bibir Prima lebam. Bengkak berwarna keunguan. Serta beberapa luka di bagian tubuhnya yang lain.

Tidak mampu mengeluarkan suara karena ia akan kesakitan akibat luka di sudut bibirnya.

Hanya mampu mengangguk menjawab semua pertanyaan Kirana yang datang menjenguknya.

Prima tidak sadarkan diri hampir seharian setelah pingsan dipukuli Kencana.

Prima bersyukur karena Kencana tetap berada di sisinya. Walau pria itu tidak meminta maaf.

Prima tidak butuh permintaan maaf Kencana.

Bukan karena marah, karena Prima yakin jika semalam Kencana mabuk dan hilang kendali.

Dengan kata lain Kencana tidak sengaja memukulnya.

Bisa saja dalam keadaan mabuk, Kencana mengira dirinya adalah Papi pria itu. Karena yang bisa Prima tangkap dari perkataan Kencana semalam, jika pria itu begitu murka pada Papinya.

"Harusnya kamu gak sendirian ke tempat itu, Prim!" Kirana mulai mengomel.

Prima hanya mampu tersenyum tipis. Mendengar suara lembut sahabatnya itu bagaikan lagu pengantar tidur.

Yang Kirana tau, ia dipukul orang tidak dikenal karena melawan saat hendak diperkosa.

Itu yang dikatakan Kencana saat Kirana bertanya.

Prima pun enggan menyanggah karena tidak ingin membuat Kirana marah pada Kencana. Dan pasti wanita itu menyuruhnya untuk berpisah dari Kencana.

"Ken, emang lo ke mana waktu itu? Kenapa biarin Prim sendirian?" Kini Kirana beralih pada Kencana yang hanya diam. Balas menatapnya dingin.

Kirana mendengus pelan, kesal pada pria dingin itu. Lalu ia kembali menatap Prima.

"Kenapa sih kamu bisa cinta mati sama laki-laki itu?" gerutu Kirana pelan. Suaranya hanya mampu didengar Prima yang menahan tawa.

Merasa lucu melihat sahabatnya yang lemah lembut itu mengomel.

Sebagai hiburan karena sebelum Kirana datang. Atmosfer di kamar tersebut begitu suram.

Pun Kencana tidak mengajaknya bicara. Hanya diam menatapnya dingin.

Entah...

Mungkin pria itu merasa bersalah, tapi enggan meminta maaf karena gengsi.

Toh Prima pun tidak butuh permintaan maaf Kencana. Hanya butuh keadaan kembali seperti semula.

Meski Kencana dingin, tapi pria itu tidak pernah berlaku kasar padanya seperti semalam.

Mudah-mudahan saja hanya karena Kencana mabuk, hingga pria itu berlaku kasar.

》》《《

Audi R8 berwarna hitam bertengger gagah di pelataran rumah mewah bergaya eropa klasik. Ditamannya dipenuhi berbagai jenis bunga.

Rasanya Kencana ingin menghancurkan taman bunga tersebut.

Dengan gaya angkuh, ia masuk begitu saja ke dalam rumah tersebut.

Langkahnya berhenti saat di ruang tengah rumah tersebut melihat seorang remaja dan seorang bocah yang berada di sana sedang asik dengan kegiatan mereka.

GORGONIZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang