Suara denting alat makan mengisi hening acara makan siang di mansion kediaman keluarga Archer. Anna adalah satu-satunya yang tetap bersikap tenang dan biasa saja saat dengan terang-terangan Dominic Archer tak hentinya mentap.
"Apa harus dengan cara mengancam seperti ini kalau papi ingin bertemu? Atau perlu papi cabut izin dokter mu itu?" Dominic memulai topik sensitif ini kembali. Tidak habis pikir dengan sikap keras kepala sang putri
Ana tetap tenang dengan gerakan anggun mengiris steik di hot platenya, "pastikan ini terakhir kali papi mengancamku. Lain kali aku pastikan ancaman seperti ini tidak akan berlaku lagi"
Dalam diam Anna menyimpan kesal. Dirinya datang karena mendapat laporan jika papinya mengalami kecelakaan ringan terjatuh di kamar mandi. Menolak diobati sebelum Anna datang. Dan berakhir dengan makan siang bersama.
"Anna, kamu sudah keterlaluan kepada papimu. Lagipula apa susahnya kamu pulang? Toh kami tidak akan memaksa kamu untuk memimpin perusahaan" Deswina, mami tiri Anna turut memberikan komentar sinisnya
Tidak perlu diingatkan karena memang dirinya tidak berminat.
"Aku tidak suka dipaksa untuk melakukan apapun. Dan jangan sekali-kali papi membawa-bawa pekerjaanku" Anna menatap sang papi tak kalah tajam
Dominic selalu lupa bahwa dari sekian banyak sifatnya yang dituruni Anna adalah keras kepalanya. Anna tidak akan mau melakukan sesuatu kalau memang dirinya tidak ingin. Memegang satu proyek di Arc konstruksi saja sudah merupakan desakan Oma nya.
"Papi hanya ingin bertemu, sekedar luch seperti ini. Jangan salahkan papi kalau harus melakukannya dengan cara berbohong kalau kamu begitu sulit ditemui"
Deswina menatap kian sengit. "Seperti orang sibuk saja"
Anna berdecih. "Bukankah tante senang aku menolak memimpin perusahaan? Itu yang tante inginkan kan setelah berhasil menikah dengan papi?"
"Annastasya!" Seru sang papi. Selalu saja masalah ini seakan tidak ada habisnya. Anna berkeras menolak kehadiran Deswina sementara istrinya tersebut juga seolah mencipkan tembok tinggi dengan putri tunggalnya
"Aku selesai," ujar Anna sembari mengelap bibir dan bangkit dari kursinya
"Kamu tidak akan kemana-mana. Ini weekend dan malam ini kamu akan temani papi menghadiri makan malam dengan kolega bisnis keluarga" Dominic berujar tegas, bersamaan dengan dua orang penjaga yang berdiri siaga di depan pintu.
Anna mendesah kesal. Lagi-lagi dirinya dijebak dan tidak punya pilihan lain selain menurut.
***
Perawat yang menjaga meja resepsionis di lantai 25 adalah mantan asisten koas Andreas. Secara diam-diam perawat tersebutlah yang memberitahu kapan jadwal Anna pergi dan kembali.
Baru saja beberapa menit lalu perawat tersebut diminta memanggil suster jaga untuk naik ke lantai 25. Berdasarkan informasi, Anna sedang berada di mansion Archer dan baru kembali besok pagi. Ini adalah saat yang tepat baginya untuk menemui pasien khususnya di lantai 25.
Dokter Andreas menaiki lift menuju lantai 25. Sengaja dirinya meminta oper jadwal visit untuk bisa segera memulai rencananya.
"Apa yang kamu lakukan?" Andreas menatap curiga seorang perawat yang tengah memasangkan masker oksigen portabel pada Pangeran yang terbaring di ranjangnya
"Uhukk... uhuk... uhukk..." suara batuk lemah susul menyusul langsung terdengar begitu masker oksigen portabel tersebut dilepaskan dengan buru-buru
Dokter Andreas bergegas mendekat. Perawat tersebut tampak salah tingkah menatap Dokter Andreas beberapa kali menekankan stetoskop dan memeriksa denyut nadi Pangeran.

KAMU SEDANG MEMBACA
Memories [END]
Romanzi rosa / ChickLitwhen you lost your memories and trapped in the obsesion