Anna tidak beralih dari sisi Pangeran sejak tunangannya kembali kritis. Sudah terhitung dua hari lamanya tunangannya tersebut terbaring tidak sadarkan diri. Dokter Gia tetap tinggal hingga kondisi Pangeran kembali stabil.
"Semuanya baik. Kita hanya menunggu kapan dia sadar. Tubuhnya hanya terlalu lemah, dalam kondisi cedera kepala berat memang hipnoterapi sangat berbahaya dilakukan" Dokter Gia kembali mengulang kalimat yang sama.
Anna masih terdian dengan sebelah tangan Pangeran dalam genggamannya. "Terima kasih Dokter"
Dokter Gia tersenyum dan berpamitan pergi. Rena memasuki ruangan tidak lama setelah dokter keluarga Archer tersebut meninggalkan ruangan.
"Nona, Tuan Archer marah besar karena Nona meninggalkan acara kemarin tanpa berpamitan. Sekarang beliau ingin bertemu"
Anna tidak bergeming. Dikecupnya lembut telapak tangan Pangeran.
"Nona..."
"Katakan aku tidak ingin bertemu" jawab Anna lirih
"Saya sudah mengalihkan dengan berbagai cara tetapi Tuan memaksa, sekarang beliau mungkin sudah berada di apartemen Nona-"
Kalimat Rena tersebut terpotong saat pintu ruangan dibuka dengan suara yang cukup keras. Dominic Archer memasuki ruangan dengan geram diikuti Deswina dibelakangnya. Anna mengerang dalam hati. Situasinya sedang tidak baik dan jelas bukan waktu yang tepat untuk bertengkar dengan papinya.
"Apa ini Anna? Kamu sudah bertunangan dan bahkan papi tidak tahu?!" Dominic menatap murka pada putri semata wayangnya
"Dan siapa lelaki ini heh? Dari keluarga mana dia dan kenapa berada di sini? Keluarga Archer tidak menerima lelaki sembarangan sebagai menantunya" Deswina turut memberikan kalimat pedasnya yang membuat Anna hilang kesabaran
"Bukan kamu yang menentukan lelaki seperti apa yang menjadi pasangan hidupku" sinis Anna
"Dan bagaimana dengan papi? Kamu putri papi satu-satunya, pewaris keluarga Archer" Dominic menatap Anna tidak percaya
Anna mengerang. Keadaan Pangeran saja belum stabil dan kini dirinya harus menghadapi drama keluarganya. "Bukan begitu pi, aku berniat untuk memperkenalkan kalian tetapi waktunya belum tepat"
"Dan kapan waktu yang tepat menurutmu itu? Setalah kalian resmi menikah? Atau bahkan sampai papi mendengar berita kehamilanmu?"
"Papi ini nggak seperti yang papi pikirkan" Anna kesulitan menjelaskan situasinya. "Papi lihat sendiri keadaan Pangeran belum stabil, jadi bagaimana caranya aku mempertemukan kalian?"
"Itu hanya alasanmu saja!" Deswina bukannya menenangkan malah semakin memanasi suasana
"Kita harus bicarakan ini Anna..." Dominic memegang pelipisnya yang terasa pening
Anna menggeleng, "aku nggak akan kemana-mana pi sebelum Pangeran bangun"
Dominic jelas tidak bisa menerima semua ini begitu saja. Terlebih dengan hadirnya Deswina yang turut memperkeruh suasana. Perdebatan panjang tidak bisa dihindari.
Tanpa mereka sadari Pangeran perlahan mendapatkan kesadarannya. Kelopaknya mengerjap lemah sementara pendengarannya yang mulai menyesuaikan dipenuhi oleh perdebatan keluarga Archer tersebut."Ahnn... Anna..." lirih Pangeran merasakan pusing mendengar kalimat demi kalimat keras Anna dan dua orang yang tidak dikenalinya.
"Nona, Pangeran sadarkan diri" Rena yang pertama kali menyadari. Lelaki yang terbaring diatas ranjang tersebut tampak kepayahan memanggil Anna
Anna beralih menaiki ranjang, meraih tubuh Pangeran dalam pelukan erat. "Akhirnya kamu bangun juga... syukurlah" desah Anna dengan kelegaan nyata.
Dominic membuang pandangan menyaksikan putrinya yang tampak begitu bahagia mendapati lelaki yang diakuinya sebagai tunangan tersebut sadarkan diri. Deswina berdecih, "dia bahkan dirawat di kamar khusus keluarga Archer"