[13]

1K 49 1
                                    

Pangeran baru saja menyelesaikan sesi terapinya. Kini kakinya sudah cukup kuat berdidi meski tidak terlalu lama, berjalan meski tidak terlalu jauh. Seringnya kaki yang sempat mengalami cedera tersebut kesemutan. Beberapa kali dipaksakan untuk berjalan, malah membahayakan karena sering tiba-tiba melemas.

"Cu- cukup Dokter" pelipis sudah membanjiri pakaian pasien yang dikenakan Pangeran.

Seorang Dokter dan perawat yang mendampingi mengangguk, menghentikan melakukan gerakan memutar pada pergelangan kaki sebagai sesi terakhir.

"Sudah baik ya, tadi juga sudah bisa menyelesaikan satu hole" Dokter fisioterapi mengulas senyum hangat. Satu hole adalah satu kali putaran bolak balik untuk berlatih jalan.

Pangeran turut tersenyum diantara wajah kelelahannya.

"Besok-besok kita coba diluar hole, tanpa kruk ya" Dokter tersebut meminta perawat yang mendampingi untuk membantu menarik kembali bagian celana yang digulung sebatas lutut.

"Terimakasih Dokter"

Pangeran dibantu seorang perawatnya bergeser dan menurunkan kedua kakinya dari bed. Rena yang ditugaskan mendampingi siap dengan kursi rodanya. Ketika dibantu untuk berpindah, Pangeran berkata akan melakukannya sendiri.

Perlahan kedua kakinya diturunkan. Telapak kaki yang tampak begitu pucat tersebut hati-hati menapak lantai. Kemudian dengan langkah tertatih Pangeran melangkah untuk kemudian berpegangan pada sisi kirsi rodanya.

"Dokter Anna pasti senang melihatnya" Dokter tersebut memuji semangat Pangeran hingga kini menunjukan kemajuan yang besar.

Segera setelah duduk, perawat membantu menaikan kedua kaki Pangeran pada pijakannya. Dokter memberitahu chart hasil fisioterapi akan diantarkan ke lantai 25. Anna sendiri yang membuat pengaturannya kalau semua hasil pemeriksaan Pangeran untuk diberikan kepadanya. Dokter Gia yang kemudian akan memeriksa ulang.

"Jangan bilang Anna, aku ingin memberi kejutan" Pangeran menatap Rena yang berdiri di sampingnya

Rena memandang Pangeran sebentar hingga akhirnya mengangguk saja. Setelah menyelesaikan segala sesuatunya, Rena mengambil alih kursi roda Pangeran untuk dibawa kembali ke ruangannya.

"Terimakasih, biar saya saja" Rena beralih di belakang kursi roda dan mendorongnya keluar ruang terapi.

"Bisakah kita melewati jalan memutar? Aku ingin sedikit berjalan-jalan" ujar Pangeran ketika kursi rodanya langsung di dorong ke arah lift menuju lantai 25.

Hampir sebulan dirinya menjalani perawatan dan bisa dihitung dengan jari kapan Anna membawanya sekedar menikmati udara di luar ruangan. Anna termasuk sangat ketat terhadap ini.

Sesi fisioterapi adalah satu-satunya kesempatannya turun hingga ke lantai satu. Selain itu pemeriksaan lain kebanyakan di lakukan di lantai lima ataupun sepuluh. Begitu juga Anna yang kurang menyukai membawa Pangeran bersosialisasi dengan pasien lain. Belakangan Pangeran tahu kalau dirinya adalah satu-satunya pasien di bangsal lantai 25.

"Nona Anna memerintahkan saya langsung membawa anda kembali setelah selesai" Rena menjawab tetap dengan raut datar.

"Hanya sebentar, tidak apa-apa. Aku sendiri yang akan mengatakannya nanti" Pangeran tetap memaksa. Dirinya merasa sudah cukup sehat bahkan untuk sekedar berjalan-jalan di taman, "atau kamu bisa meninggalkanku disini, aku bisa kembali sendiri nanti"

Itu malah semakin membuat masalah. Menimbang kedua pilihan itu, akhirnya Rena memutuskan memutar arah kursi roda untuk mengambil jalan memutar.

Senyuman segera menghiasi wajah tampannya. Proporsi tubuhnya perlahan kembali, tidak sekurus dan ringkih dulu. Terlebih akhir-akhir ini dirinya selalu menghabiskan jatah makanannya.

Memories [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang