Dominic terpekur di ruang kerjanya dengan sebuah berkas dihadapannya. Sudah beberapa menit berlalu tetapi dirinya masih saja merasa ada kejanggalan dalam setiap penyelidikan yang dilakukannya.
"Hanya itu yang saya dapatkan Tuan" seorang kepercayaannya mengulangi hal yang sama
Orang kepercayaannya tersebut jarang sekali gagal, terutama dalam melakukan penyelidikan terhadap latar belakang seseorang.
"Ada yang aneh disini..." gumam Dominic mengamati lagi beberapa lembar identitas diri yang dibawakan bawahannya tersebut
Tidak ada foto dan hanya beberapa informasi terkait hubungan lelaki yang memiliki nama asli Wibisana tersebut. Dilampiran terakhir, dicantumkan foto seorang wanita dengan sebaris anak-anak dengan latar belakang sebuah panti asuhan.
"Saya sudah menyelidiki sedetail mungkin tetapi memang tidak ada satupun foto yang menunjukkan wajah jelas dari lelaki tersebut"
"Bukankah terlalu aneh jika dia tercantum sebagai salah satu anak panti asuhan tersebut tetapi di panti tersebut bahkan tidak memiliki data diri dan identitas lengkap pemuda itu?"
"Yaa Tuan, dan lagi sama sekali tidak ada laporan kehilangan atau pencarian apapun"
"Ini benar-benar mencurigakan"
"Saya sudah menyelidiki ibu panti asuhan tersebut yang bernama Ibu Kasih, seorang wanita tanpa suami yang menghabiskan hidupnya merawat anak-anak terlantar. Beliau sendiri mantan perawat di rumah sakit milik Tuan, Center Hospital"
"Selidiki dan cari tahu lebih tentang wanita tersebut, dapatkan bukti hubungan lelaki bernama Wibisana yang saat ini bersama dengan putriku itu dengan Ibu Kasih ini"
"Baik Tuan"
Setelah bawahannya tersebut meninggalkan ruangannya, Dominic kembali memikirkan keganjilan demi keganjilan yang terjadi.
Pemuda yang diberikan nama Pangeran oleh putrinya mengalami kecelakaan parah delapan bulan lalu, mobil dan segala identitas yang bisa dijadikan petunjuk hangus terbakar.
Tetapi sama sekali tidak ada laporan kehilangan?Siapa sebenarnya pemuda tersebut? Tidak menutup kemungkinan pemuda yang kini berhubungan dekat dengan putrinya memiliki niatan tertentu. Tidak akan dirinya biarkan siapapun menyentuh Anna.
Dominic membuka lemabar terakhir dan mencermatinya. Seketika tatapannya menajam mendapati nama keluarga Rajendra disana. Panti asuhan Kasih Bunda tetap bertahan karena donasi pribadi dari putra sulung keluarga Rajendra, Melvin Rajendra.
Entah ada apa sebenarnya tetapi instingnya mengatakan kalau semuanya saling berhubungan. Dominic mengangkat telepon dan menekan angka lima, sambungan khusus kepada seorang bawahannya.
"Kirimkan segera apapun yang berhubungan dengan Raja Melvin Rajendra"
"..."
"Pasikan segala yang terlewat di dalam website dan laman resmi, saya mau semuanya"
"..."
Gagang telepon diletakan setelah mendengar kesanggupan dari bawahannya tersebut. Tidak lama sekretarisnya mengetuk pintu.
"Ada seorang tamu yang mendesak ingin dihubungkan dengan bapak" Sarita, sekretaris pribadi Dominic berkata dengan intonasi sempurna
"Siapa?"
"Seorang Dokter di Central Hospital, Dokter Andreas Prayoga"
Dominic tidak terlalu mengenal dokter di rumah sakit miliknya tersebut, termasuk Dokter Dominic ini. Jemarinya mengetuk mempertimbangkan karena kedatangan tamunya ini yang tidak termasuk kedalam jadwal hari ini.