[17]

1.3K 58 2
                                    

Suasana makan malam di mansion Archer begitu hening. Tidak ada yang membuka suara selain dentingan alat makan. Deswina bahkan berkali-kali menatap Miranda yang memotong steak dengan gerakan anggun.

Miranda meletakan potongan steaknya di plate Anna, senyumnya mengembang sempurna.
"Kamu harus banyak makan sayang, setelah ini ada banyak hal yang harus kamu urus"

Anna mengangguk patuh dan memasukan potongan besar steak kedalam mulutnya. Dominic memperhatikan interaksi tidak biasa tersebut. "Apa yang Mama rencanakan?"

"Apa? Mama hanya memberi cucu kesayangan mama makan dan kamu berpikir mama memiliki rencana lain? Luar biasa sekali pemikiranmu setelah menikahi perempuan ini"

Deswina meneguk ludah dengan susah payah. Selalu saja dirinya menjadi bulan-bulanan jika Nyonya besar Archer berkunjung.
"Ini tidak ada hubungannya dengan Deswina ma"

"Kalau begitu ini juga tidak ada hubungannya dengan mama. Anna hanya menikmati makanannya dan apa itu menjadi masalah?"

Dominic berusaha keras tidak menyuarakan kekesalan. Mamanya masih saja lihai dalam memainkan kata. Kini pandangannya teralih kepada Anna yang tampak begitu santai menikmati makanannya.

"Anna, katakan pada Papi apa yang sebenarnya Oma mu ini rencanakan?"

"Papi sudah kehilangan hak untuk berbicara denganku" kata Anna sinis

"Anna!"

"Berhenti berteriak kepada cucuku! Atau kupotong lidah istrimu itu"

Deswina menggeleng-geleng ketakutan. Wanita tersebut tahu betapa mudahnya Miranda melakukan hal seperti itu, bahkan kepada dirinya yang adalah istri dari putranya.

Dominic meremas kepala, "demi Tuhan ma, aku hanya tidak mau Anna terlibat dengan hal yang tidak seharusnya! Pemuda itu sudah memiliki istri"

"Lalu apa bedanya dengan kamu yang menikah lagi? Lagipula Anna tidak keberatan menjadi yang kedua"

Dominic menatap Anna tidak percaya. Putrinya yang berharga rela menjadi istri kedua? Dirinya sebagai Papinya yang merasa tidak rela tentu saja.

"Aku tidak akan biarkan itu!"

Miranda meletakan alat makannya. Kini tatapannya berubah serius, "jika kamu benar-benar menyayangi putrimu, pertama-tama selidiki dengan benar apakah pemuda itu sungguhan sudah memiliki istri? Kamu mudah saja dikelabuhi seperti ini, memalukan keturunan Archer saja!"

"Apa maksud mama?"

Miranda menatap Anna yang tampak sangat marah ditempatnya. Dirinya sudah menceritakan hasil penyelidikannya yang luput dari pengamatan Dominic, dan hal rersebut membuat cucunya tersebut semakin terbakar.

"Dua orang yang dibawa Dokter itu adalah penipu. Pemuda itu bukanlah suami dari wanita yang mengaku mengandung itu. Timku sedang melacak keberadaannya sekarang, dan jika sampai sesuatu yang buruk terjadi maka kamu adalah satu-satubya orang yang patut disalahkan disini"

Dominic tidak bisa begitu saja mempercayai perkataan Miranda. Kemampuan menggali informasi mamanya memang tidak perlu diragukan lagi, tetapi melakukan kesalahan sefatal itu juga bukanlah gayanya. Dirinya sudah lebih dulu menyelidiki tentang pemuda bernama Wibisana tersebut.

"Aku memiliki data-datanya Ma, lelaki bernama Wibisana itu memang benar berhubungan dengan panti asuhan Kasih Bunda."

Miranda mendengus, "bahkan kamu begitu gegabah menilai informasi tidak utuh itu. Dia bukan Wibisana, dan semua informasi yang kamu dapatkan adalah rekayasa mereka"

Setelah mengatakan itu, tidak lama dua orang pengawal membawa masuk lelaki yang tampak babak belur dibagian wajah. Dominic menatap orang kepercayaannya tersebut tidak percaya. Jelaslah sudah semuanya.

Memories [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang