Anna mengetukan jemarinya pada pinggiran meja. Beberapa menit yang lalu dirinya baru saja mendapat kabar dari seorang suruhannya, tetapi hasilnya tetap sama.
Sejak beberapa bulan lalu memang Anna sempat berpikiran untuk menyelidiki identitas sebenarnya dari Pangeran. Hasil yang di dapatnya selalu mengecewakan, karena orang suruhannya tidak menemukan apapun.
"Nona, Pangeran sudah menyelesaikan sesi terapinya. Apa harus saya jemput sendiri?" Rena mengalihkan fokus Anna
"Biar aku saja, setelah ini kamu bisa tinggalkan kami berdua" Anna memasukan ponselnya kedalam tas tangannya. Selanjutnya bangkit meninggalkan ruangan menuju lantai 5 dimana ruang terapi berada.
Selama sebulan ini kondisi Pangeran sudah jauh membaik. Sudah beberapa kali pula menjalani terapi untuk kembali melatih otot kaki. Tunangannya tersebut memiliki semangat tinggi untuk cepat kembali berjalan.
"Selamat siang Dokter Anna" seorang perawat di bangsal bedah tulang menyapa Anna
Anna menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Makluk saja, dirinya bukan jenis orang yang bisa mudah menghapal wajah dan nama banyak orang. Anna membelokan kakinya menuju ruangan terapi dimana Pangeran menghabiskan waktu siangnya.
Anna memasuki ruangan dan langsung terpaku menatap lelaki yang mengisi penuh hatinya tersebut menyambutnya dengan senyuman lebar, berdiri dengan dua kakinya.
"Kejutan..." ujar PangeranAnna tersenyum lebar. Bagini saja hatinya sudah menghangat, bahagia memang sederhana.
"Wanna hug me?" Pangeran menggerakan kedua lengannya terentang dihadapan Anna
Tanpa berpikir dua kali Anna langsung melangkahkan kakinya mendekat. Menyusup dalam depakan hangat tunangannya. Harum Pangeran segera membuatnya nyaman. Rasanya seakan pulang, tempat ternyaman yang membuatnya betah berlama-lama memeluk tubuh sang tunangan.
"Apa kamu bahagia?" Anna bertanya lirih
Pangeran mendengarnya, tetapi memilih menarik diri untuk dapat menatap wajah Anna sepenuhnya. "Sangat..."
"Meskipun lambat tapi kondisiku semakin membaik. Aku benar-benar ingin membahagiakanmu dengan cara yang benar. Bukan kamu yang terus mengurusku, tetapi ganti aku yang memanjakan mu" Pangeran menatap Anna dengan perasaan menghangat
Sudah lama lelaki tersebut merasa tidak berguna sebagai kekasih Anna. Setiap hari Anna yang mengurusnya, menungguinya saat drop tiba-tiba maupun ketika menjalani sesi terapi. Apapun, dan tidak sekalipun tunangannya tersebut mengeluh. Bagaimana hati Pangeran tidak merasa luluh?
"Izinkan aku ya..." Pangeran meraih kedua tangan Anna untuk dikecupnya lembut.
Anna terisak di tempatnya. Antara rasa bahagia yang meluap-luap sekaligus perasaan bersalah karena kebohongannya. Dirinya tidak pantas menerima cinta sebanyak ini saat yang diberikannya hanya sebuah kebohongan.
Hubungan ini tidak nyata. Meskipun perasaan keduanya jelas menunjukkan sebaliknya. Anna mencintai Pangeran dengan segenap perasaannya, begitupula Pangeran yang begitu mudahnya luluh terhadap segala perhatian Anna selama merawatnya.
"Seperti apa aku dimasa lalu..." lirih Pangeran lebih kepada dirinya sendiri
"Hah?" Anna berharap Pangeran tidak perlu menanyakan apapun yang hanya membuatnya semakin banyak berbohong. Dirinya merasa tidak sanggup bahkan untuk satu kebohongan lagi.
Pangeran mengulas senyuman, mengalihkan perhatian Anna. Bukannya tidak menyadari kalau selama bersama Anna selalu menghindar ketika dirinya sudah membahas masa lalu hubungan mereka. Menggali dalam ingatannya pun percuma saja, tidak ada apa-apa yang tersisa.