[5]

1.6K 75 0
                                    

Anna mematut diri di depan cermin besar. Setelan gaun malam berwarna hitam dengan potongan of shoulder melekat sempurna di tubuh rampingnya. Tidak terhitung berapa kali petugas butik memuji kecantikannya.

"Gaun ini sungguh beruntung bisa melengkapi keindahan Nona

Anna hanya mengulas senyum ramah segaris. Kalau saja bukan karena kehadiran Oma nya maka dirinya lebih memilih menemani Melvin di rumah sakit. Sekedar membacakan buku atau bertukar cerita.

Anna duduk di sofa single dengan seorang pegawai yang merapihkan tatanan rambutnya yang dibuat bergelombang. Seorang lainnya menarik lembut kaki mulusnya untuk dipakaikan high heels dengan warna senada.

Selesai dengan segala penataan yang membuatnya tampil begitu menawan, Anna melangkah malas menuju keluar gedung. Tempat supirnya menunggu. Jangan berpikir segala persiapan ini adalah inisiatifnya, karena nyatanya orang yang paling antusias adalah mami tirinya. Deswinta.

Makan malam diadakan di sebuah restauran mewah bergaya klasik yang memang sudah di booking khusus untuk malam ini. Restauran ini termasuk berkelas dan tentu saja perlu uang yang tidak sedikit untuk melakukan reservasi. Tapi jelas semua itu tidak berarti banyak bagi kerabat seorang kepala negara.

"Silahkan Nona" seorang pelayan membantu menarikan kursi untuk Anna

Limabelas menit kemudian barulah enam kursi pada meja utama tersebut terisi penuh. Salam basa basi diungkapkan dengan kesopanan. Disisi sebelah utara duduk Maharani Rajendra dengan gaya anggun dan berkelasnya. Disamping kirinya tentu saja hadir pewaris utama Rajendra Corp, Melvin Rajendra.

Sementara di sisi bersebrangan duduk Dominic Leon Archer bersama sang istri, Deswinta Archer. Tahu apa yang membuat Anna kesal setengah mati? Ternyata papi nya berbohong soal Oma yang turut menghadiri jamuan.

"Anna kamu tampak lebih cantik aslinya dibandingkan yang selama ini diberitakan" kalimat pembuka dari Maharani sungguh membuat Anna mati-matian mengan dengusan

Anna tidak suka situasi seperti ini. Terlebih dirinya tahu akan kemana pembicaraan ini mengarah.

"Terimakasih, Tante" jawab Anna dengan raut sopan.

"Saya dengar Anna juga sudah mulai belajar untuk memegang perusahaan? Proyek Hanurdaya terakhir saya dengar digarap oleh Arc construction dibawah pimpinan Anna, sungguh pencapaian yang luar biasa di usia semuda ini" tentu saja Maharanj pastilah sudah menyelidiki latar belakang prestasi Anna.

"Tidak seluar biasa itu, saya masih belajar" Anna membalas anggun. Sebelah tangannya beralih memegang gelas untuk kemudian didekatkan ke bibir. Dirinya terbiasa dengan situasi macam ini.

"Benar. Anna masih perlu banyak belajar lagi. Saya dengar nak Melvin juga sedang menangani proyek besar yang bekerjasama dengan perusahaan sebesar Adb grup?" Papi Anna melempar topik yang siapapun tahu tujuannya adalah untuk semkin mengakrabkan suasana

"Sebenarnya tidak sebesar itu Om, saya hanya sedang mencoba-coba" lelaki bernama Melvin tersebut melempar senyuman lebar

Anna mulai muak dengan acara ini. Papinya terang-terangan menjebaknya.

"Terlalu merendah loh nak Melvin ini. Bisa kapan-kapan diluangkan waktunya untuk sharing dengan Anna, hitung-hitung memanbah wawasan selagi Anna belajar untuk menggantikan papinya" Deswina, mami tiri Anna turut tergabung dalam obrolan tersebut.

Wajah ramah palsu itu sungguh membuat Anna menahan mual. Hubungan akur yang diliput media nyatanya tidak sama sekali benar. Anna membenci Deswina yang adalah mami tirinya, begitu pula sebaliknya.

"Saya sama sekali tidak keberatan untuk berdiskusi bersama Anna, lagipula sebenarnya saya ini banyak waktu luangnya" Melvin menanggapi dengan raut penuh kebahagiaan

Memories [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang