"Akkk... lagi" Anna mengulas senyum tipis
Pangeran berada dalam posisi setengah berbaring diatas ranjang turut mengulas senyuman lemah. Ruang geraknya masih begitu terbatas. Untuk sekedar duduk saja membutuhkan waktu yang cukup lama karena keseimbangan tubuhnya turut terganggu.
Anna dengan sukarela merawatnya. Kelewat antusias malah. Sekarang ini, Anna lebih sering menghabiskan waktunya di ruang perawatan Pangeran. Merawat tunangannya.
"Suh... dah" ucap Pangeran lemah
Anna menggeleng. Tunangannya ini bahkan baru menghabiskan beberapa suap, dan tentu itu belum cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
"Kamu harus makan banyak sayang, biar cepat pulih. Ini diatur sama ahli gizi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi kamu" Anna menjelaskan dengan lembut.
Lelaki yang bersandar lemah tersebut tetap menggeleng. Mulutnya pahit dan tenggorokannya sakit ketika menelan. Padahal makanan yang dikonsumsi Pangeran selepas sadarkan diri tidak lebih dari bubur cair. Lambungnya masih memerlukan adaptasi untuk makanan berat lainnya.
Sampai beberapa hari lalu, Pangeran bahkan masih makan dengan bantuan selang. Tetapi karena khawatir terkena infeksi akan keberadaan selang tersebut, Dokter memutuskan untuk membiasakan Pangeran memakan langsung asupannya.
"Muha-l" balasnya tanpa tenaga
Pagi tadi, Pangeran memang sempat muntah-muntah dan mengaku amat mual. Padahal tidak banyak yang masuk kedalam tubuhnya, bisa dibayangkan kalau yang dimuntahkannya hanya berupa cairan bening. Itu saja sudah cukup untuk membuat kondisinya drop.
"Iya tapi tetap harus makan, nanti kamu drop lagi. Sedikit-sedikit ya... kan aku suapi" bujuk Anna
Pangeran akhirnya mengangguk karena tidak tega melihat raut sedih Anna. Terlebih wanita yang adalah tunangannya tersebut sudah sampai kerepotan karena mengurusnya.
Anna tersenyum senang. Sengaja memajukan wajah, memberikan kecupan singkat di pipi tirus Pangeran sebelum mengangsurkan sendok dengan bubur cair tersebut. "Akkk...."
Bibir pucat tersebut terbuka, tidak lebar tetapi begitu saja Anna sudah bahagia. Hanya ujung sendok saja yang berhsil dicecap Pangeran. Tubuh lelaki tersebut bergolak, lengan kurusnya terangkat ketika kembali merasakan gejolak mual.
"Nggak papa... nggak papa" Anna menarik dua lembar tissue, menyapukannya dengan gerakan lembut di sekitar bibir Pangeran hingga dagu
Kelopak Pangeran terpejam erat. Denyutan sakit kembali menyerangnya. Tubuhnya lelah hanya karena terlalu lama duduk. "Ann... puhsinghh.."
Anna sigap meletakan mangkuk di nakas. Menggeser duduk kian mendekat. Perlahan direngkuhnya bahu ringkih tunangannya, ditarik lembut untuk dipeluknya. Dokter sudah menjelaskan kalau akan membutuhkan waktu untuk Pangeran beradaptasi dengan keadaan tubuhnya. Terlalu lama berbaring juga tidak baik untuk pemulihannya.
"Puh..hhsing... mahu- rebhah..." keluhnya lagi
"Shhh.... nggak papa sebentar lagi ya, kan baru makan" Anna mengusapi punggung Pangeran.
Pangeran pasrah saja menyandarkan tubuh lemasnya pada Anna. Rasa-rasanya tubuhnya seolah tidak memiliki tulang. Sisi wajahnya dibiarkan menempel di bahu Anna.
Beberapa menit kemudian barulah Anna membiarkan Pangeran kembali berbaring. Ditepukinya pelan bantal untuk menyamankan pembaringan, lalu menarik selimut hingga sebatas dada.
"Sudah nyaman?"
Pangeran mengangguk pelan. Selalu saja begini, tubuhnya terlalu lemah untuk terjaga lama. Kesadaranya masih sering timbul tenggelam.