[1]

4.2K 130 2
                                    

Agustus 2021.
Central hospital, Jakarta Pusat.

Dia siuman.

Oh Tuhan, dia sungguhan terbangun. Kelopak yang hampir delapan bulan ini terpejam kini terbuka. Tidak lebar, tetapi mampu membuat iris berbeda warna kini saling bertemu.

Anna langsung jatuh cinta.

Sekarang Anna tahu kenapa segitu tidak relanya dirinya melepaskannya. Tidak peduli seluruh Dokter di dunia ini mengatakan lelaki ini tidak akan bertahan, nyatanya Anna percaya akan selalu ada harapan.

"Dokter Anna, syukurlah ini benar-benar keajaiban. Mengingat kondisinya yang sudah sangat lemah dan menurun akhir-akhir ini saya benar-benar tidak menyangka bahwa pasien mampu terbangun" Dokter Andreas, Dokter bedah saraf terbaik rumah sakit menatap penuh rasa syukur

"Saya yakin ini akan terjadi" gumam Anna kesulitan mengalihkan pandangan dari tubuh ringkih dihadapannya.

Pangeran tidurnya akhirnya terbangun setelah tidur panjangnya. Sungguh Anna tidak henti-hentinya menggumamkan syukur.

"Setelah ini kami akan melakukan pemeriksaan lanjutan. Butuh sekitar beberapa tes untuk memastikan pasien tidak mengalami komplikasi lain" Dokter Andreas menyelesaikan catatannya sebelum berlalu meninggalkan ruang perawatan.

Wanita dengan sneli melingkupi dress floral di tubuh rampingnya tersebut mengulas senyuman lebar. Penantiannya terbayarkan. Entahlah, Anna merasa seolah kembali hidup. Perlahan, dirinya bergerak mendekat. Memandang lekat iris hitam yang sedari tadi hanya memandang kosong langit-langit ruangan.

"Hei Pangeran tidur..." Anna menyapukan jemari lentiknya pada permukaan pipi tirus yang terasa dingin tersebut. Kulit dalam sapuannya amat rapuh dengan warna seputih kapas.

Lelaki itu tetap tidak bergeming. Seolah tengah berada di dunia yang berbeda. Anna memakluminya, tertidur selama delapan bulan pastilah sedikit banyak mengganggu sistem kesadarannya. Begini saja dirinya sudah bahagia.

"Aku selalu percaya kamu mampu bertahan dan pasti akan bangun... terimakasih" gumam Anna dengan mata berkaca-kaca.

Anna menangkupkan telapak tangannya pada pipi tirus lelaki tersebut. Dirinya masih memiliki waktu yang panjang untuk membantu lelaki tersebut pulih. Segera.

"Nona Anna," sapaan bernada pelan tersebut menginterupsi Anna yang sedari tadi terus menatap kagum wajah lelaki yang terbaring diatas bed nya.

Anna menghentikan gerakannya. Berbalik dengan raut datar kepada siapapun yang mengganggunya. "Ada apa?"

Perempuan dengan balutan kemeja formal tersebut membungkukan badan terlebih dahulu sebelum kembali menatap sang Nona.
"Setengah jam lagi akan dilakukan rapat dengan pimpinan Aldebaran Corp Nona"

Anna mendesah pelan. Sekretaris pribadinya tersebut datang diwaktu yang tidak tepat, dan kini malah membuatnya harus bergegas menghadiri rapat. Anna tahu dirinya harus bergegas, hanya saja meninggalkan lelaki ini saat ini terasa begitu berat.

"Beri aku limabelas menit" ucap Anna tanpa menunggu balasan segera berbalik, memberikan atensi penuh kepada Pangerannya yang masih berdiam di posisinya. Hanya sesekali berkedip.

"Aku pergi dulu, janji tidak akan lama. Aku akan meminta Dokter Andreas untuk memeriksamu sekali lagi. Pastikan kamu sudah lebih sehat saat aku kembali, oke?" Ujar Anna dengan nada riang.

Biar bagaimanapun, sugesti positif sangat membantu proses penyembuhan. Sebagai Pikolog senior di rumah sakit ini tentu dirinya paham akan hal tersebut.

"Aku pergi," ujar Anna hendak berbalik, tetapi langkahnya terhenti dan memilih memutar badan. Sedikit malu-malu memberikan ciuman di pipi kiri lelaki yang dipanggilnya Pangeran tidur tersebut.

Memories [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang